Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Januari 2020 ekspor non migas ke China tercatat US$ 211,9 juta atau turun 9,15% dibandingkan periode Desember 2019. Ekspor non migas tercatat anjlok 3,08% secara bulanan dan 4,6% secara tahunan.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan penurunan kinerja ekspor dan impor dengan China dipengaruhi oleh virus corona. Dia menjelaskan jika diurutkan wabah corona terjadi pada minggu ketiga menjelang tahun baru Imlek.
"Jika dilihat corona baru terjadi pada minggu ketiga Januari atau Imlek tapi data BPS kita tidak bisa lihat per mingguan. Pengaruh itu ada, tapi belum terlihat signifikan di Januari. Kita perlu lihat data nanti di Februari untuk melihat dampaknya secara menyeluruh," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan komoditasnya, ekspor Indonesia ke China yang mengalami penurunan adalah lemak dan minyak hewan nabati, turun 65,58% (mtm) dan turun 52,66% (yoy).
Selain itu, ekspor bijih, terak, dan abu logam ke China turun 75,81% (mtm) dan turun 42,53% (yoy). Disusul ekspor bahan kimia organik yang turun 28,27%(mtm) dan turun 73,43% (yoy).
Sementara itu, impor mesin dan pesawat mekanik dari China ke Indonesia juga anjlok 11,24% (mtm) dan turun 2,8% (yoy). Disusul oleh impor besi dan baja yang turun 10,97% (mtm) dan turun 39,47% (yoy).
Impor buah-buahan dari China juga turun drastis 78,88% (mtm) dan turun 44,01% di Januari 2020. Impor benda-benda besi dan baja juga turun 0,17% (mtm) dan turun 13,34% (yoy).
(kil/ara)