Syahrul mengatakan, rakor pangan ini membahas persiapan menuju Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Pemerintah menyoroti harga-harga komoditas pangan yang merangkak naik seperti cabai dan bawang putih.
"Lebih banyak pembahasan ke persiapan kita terhadap segala kebutuhan pangan dasar yang ada menjelang peak season antara lain pada Ramadan dan Idul Fitri. Pembahasan-pembahasan diarahkan ke sana termasuk ketersedian cabai, bawang putih yang belakangan ini harganya melonjak tinggi sehingga memerlukan antisipasi," kata Syahrul usai rakor di kantor Airlangga, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Ia menuturkan, untuk bawang putih saat ini sisa pasokannya hanya 80.000 ton, sementara kebutuhan nasional per bulannya 47.000 ton. Sehingga, untuk menutupi kebutuhan hingga Idul Fitri, akan ada panen dalam waktu dekat sebesar 30.000 ton.
"Dari data yang kita miliki bahwa stok bawang putih masih ada, stok yang dimiliki masih ada sekitar 80.000 ton. Kemudian kami juga akan panen 30.000 ton bawang putih lokal jadi hampir 100.000 ton. Tapi kenapa harga naik? Kami lihat ada panic buying karena kasus corona dan lain-lain," imbuh Syahrul.
Sementara itu, Buwas mengatakan, dalam rakor tersebut pihaknya diminta menyiapkan gudang dan penyerapan beras yang akan panen raya di Maret-April mendatang.
"Mentan samapaikan kemungkinan Maret-April panen, ya sudah, kita siap saja .untuk menyerap itu lagi kalau sudah panen," ujar Buwas.
Ia mengakui, gudang Bulog yang memiliki kapasitas 3,8 juta ton sudah penuh. Sehingga, pihaknya harus segera menyalurkan beras yang ada saat ini agar gudangnya bisa digunakan ketika panen raya mendatang.
"Makanya kan kita terus operasi pasar. Kan bisa habis nih, nanti kita liat perkembangannya dua bulan ke depan," jelas mantan Kepala BNN tersebut.
Sedangkan, dari sisi kebutuhan industri, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim mengatakan, pemerintah juga akan memenuhi kebijakan industri yang akan melonjak jelang bulan ramadan dan Idul Fitri. Pemenuhan kebutuhan itu baik dari impor, maupun kemampuan produksi dalam negeri.
"Ya pokoknya bahan baku industri harus didukung. Karena industri ini kan ada terkait pertumbuhan, justru kita dorong. Di Undang-undang perindustrian juga ada, prinsipnya seperti itu. Kalau nggak ada sumbernya, dari luar negeri ya nggak masalah," ucap Abdul.
Baca juga: Kapan Neraca Dagang RI Nggak Keok Lagi |
Bahan baku industri yang diperlukan dalam waktu dekat ini antara lain bawang putih dan gula rafinasi.
Akan tetapi, menurut Agus Suparmanto, rakor hari ini belum memutuskan kebijakan impor pangan yang baru. Pemerintah masih akan menggelar rakor lanjutan untuk menetapkan keputusan final terkait pangan ini.
"Belum, belum, masih sama. Nanti masih dilanjutkan minggu depan," pungkas Agus Suparmanto.
(hns/hns)