Kalangan pedagang mengeluhkan mulai kosongnya stok pangan. Asosiasi Eksportir-Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) Hendra Jowono menyebut, menipisnya stok pangan dipengaruhi oleh tersendatnya izin impor di awal tahun.
Ia mengeluhkan, kondisi ini bisa berbahaya bagi ketersediaan stok pangan nasional.
"Yang jelas ini bahaya buat kami pedagang, buat masyarakat juga. Karena ini stok barang sudah mau habis. Minggu-minggu ini sudah kosong," tutur dia dihubungi detikcom, Senin (24/2/2020).
Tersendatnya pasokan ini, lanjut dia terjadi lantaran belum keluarnya izin impor dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). Padahal, sambungnya, sejumlah importir sudah mengantongi rekomendasi impor dari Kementerian Pertanian.
"Departemen Perdagangan (Kementerian Perdagangan) juga aneh. 10 importir bawang yang sudah dapat RIPH itu izin impornya belum terbit. Padahal, kalau merujuk Permendag itu, izin impor harusnya terbit 2 hari setelah RIPH terbit. Tapi ini belum ada yang terbit. Saya lupa tepatnya, tapi ini sudah 2-3 minggu belum terbit. Ini kita nggak tahu ada apa?" beber dia.
Di sisi lain, ia juga menyoroti tersendatnya surat rekomendasi impor dari Kementan. Karena, lanjut dia, hingga saat ini baru 13 RIPH yang terbit.
"Sekarang itu RIPH (Rekomendasi Izin Impor) di Departemen Pertanian (Kementerian Pertanian) itu baru 13 yang terbit. 3 untuk buah dan sayur, 10 untuk bawang putih. Padahal, aplikasi yang sudah terverifikasi. Artinya dokumentasinya sudah lengkap dan harusnya surat itu bisa terbit. Tinggal teken aja saya nggak tahu kenapa belum terbit," sambung dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT