AS Anggap RI Negara Maju, Sandiaga: Sebetulnya Masih Jauh

AS Anggap RI Negara Maju, Sandiaga: Sebetulnya Masih Jauh

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 25 Feb 2020 17:42 WIB
Tim blak-blakan detikcom berkesempatan melakukan wawancara dengan Cawapres nomor urut 2 Sandiaga Salahudin Uno, Jakarta, Kamis (30/5/2019). Grandyos Zafna/detikcom
Sandiaga Uno/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Indonesia dinilai sudah menjadi negara maju oleh Amerika Serikat. Hal ini seiring dengan dicoretnya Indonesia dari daftar negara berkembang dan dinyatakan sebagai negara maju dalam perdagangan internasional oleh Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (United States Trade Representative/USTR).

Merespons hal itu Sandiaga Uno bangga dengan predikat Indonesia menjadi negara maju. Namun, dia mengingatkan dampak-dampak dibalik predikat negara maju ini, khususnya pada kebijakan internasional yang harus disesuaikan.

"Kalau saya pribadi, ini kan pengakuan internasional berarti dunia menganggap Indonesia maju buat saya bagus dan membanggakan. Namun ada dampak-dampak di segi kebijakan internasional yang harus disesuaikan," ungkap Sandiaga ditemui di lobi Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020).

Pria yang akrab dipanggil Sandi ini mengatakan ada kemungkinan keringanan tarif perdagangan yang awalnya didapatkan Indonesia bisa saja harus di-review dan kemungkinan dihapus. Maka itu dia meminta semua pihak baik dunia usaha dan pemerintah bersiap menghadapi hal itu.


"Nah ini harus dipastikan dunia usaha kita harus siap, ekonomi siap dan peran kolaborasi pemerintah dan dunia usaha sangat penting karena kemungkinan tarif-tarif yang diberikan secara preferensial kepada ekonomi dan dunia usaha Indonesia harus dilihat dan di-review, apakah akan berdampak," tutur politikus Partai Gerindra itu.

Paling buruk, menurut Sandi, dampak dari menjadi negara maju bisa saja menggerus daya saing dan kurangi investasi. Apalagi kalau dampaknya tidak disosialisasikan dengan baik.

"Ini saya khawatir kalau tidak disosialisasikan dengan baik bisa menggerus daya saing dan mengurangi investasi dan kemudian menggerus lapangan kerja secara negatif," kata Sandi.

Kriteria negara maju menurut Sandiaga, Indonesia masuk nggak? Klik halaman selanjutnya


Sandi juga bicara soal kriteria sebuah negara disebut sebagai negara maju. Dia mengatakan kriteria utama negara maju adalah pendapat yang tinggi.

Pendapatan tinggi dapat dilihat dari penghasilan per kapita masyarakat yang mencapai US$ 15.000- US$ 17.000 per tahun. Dia menyebut Indonesia masih jauh dari standar tersebut, dengan hanya US$ 4.000 dolar per kapita per tahun.

"Saya melihat kriteria negara maju itu sebetulnya negara dengan penghasilan di atas US$ 15-17 ribu per kapita, sebetulnya Indonesia masih sangat jauh. Kita masih US$ 4 ribu," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

Meskipun sempat mengaku bangga dengan pengakuan menjadi negara maju dari negara lain, mantan calon wakil presiden ini menyebutkan sebetulnya Indonesia masih tergolong dalam negara berkembang.


"Apakah kita kategori negara maju itu yg perlu kita ukur dengan standar apa kita jadi negara maju. Apakah Indonesia maju dengan segi pendapatan per kapita belum saya rasa, ini kita masih masuk negara berkembang," ungkap Sandi.

Sandi menyebut Indonesia baru bisa disebut sebagai negara maju apabila sudah berhasil keluar dari jebakan middle income trap alias negara berpenghasilan menengah.

"Padahal kan kita ingin lepas dari jebakan negera berkembang middle income trap. Kita masih negara berpenghasilan menengah belum negara berpenghasilan tinggi," pungkas Sandi.



Simak Video "Video: Momen Liburan Sandiaga di AS Setelah Tak Lagi Jadi Menparekraf"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads