Wabah virus corona yang menggemparkan seluruh dunia dipercaya memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian dunia. Indonesia termasuk negara yang ekonominya rentan terpapar virus yang memiliki nama lakn Covid-19 itu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tak menampik hal itu. Bahkan menurutnya kondisi saat ini jauh lebih berbahaya bagi perekonomian dibandingkan krisis 2008.
Dia menerangkan dampak virus corona terhadap ekonomi jauh lebih rumit dan dalam ketimbang kondisi krisis 2008 sekalipun. Sebab virus corona menimbulkan ketakutan di masyarakat dan mempengaruhi kegiatan sehari-hari. Ujung-ujungnya sektor riil yang terhantam langsung.
"Ini menyangkut manusia merasa dia harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Karena ini menyangkut diri langsung pada ancaman mereka, keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia, itu yang jauh lebih langsung," ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Dengan risiko yang mempengaruhi secara langsung, maka potensi terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) akan menghantui perusahaan di industri yang bergantung pada mobilitas masyarakat. Sri Mulyani mencontohkan perusahaan maskapai dan di sektor pariwisata. Termasuk industri manufaktur yang pasokan bahan bakunya terganggu lantaran berhentinya kegiatan di China.
"Jadi ini yang menjadi risikonya beralih ke masalah sektor riil langsung, berarti kemungkinan erjadinya unemployment adalah berasal dari perusahaan-perusahaan yang tidak mendapatkan aktivitas yang cukup. Mulai airlines, hotel, dan sekarang industri manufaktur karena disrupsi dari barang-barang supply chain," terangnya.
Nah setelah sektor-sektor itu terhantam, pengaruhnya juga akan bermuara ke sektor keuangan. Sebab pembayaran kredit dunia usaha dari perbankan akan seret dan membuat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) meningkat.
Lalu apa yang akan dilakukan pemerintah?