Harga minyak dunia (crude) menurun dalam dua hari berturut-turut. Penurunan harga minyak dunia yang cukup signifikan itu terasa usai World Health Organization (WHO) menetapkan virus corona sebagai pandemi, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menutup penerbangan dari dan ke Eropa.
Terlebih lagi konflik harga antara Arab Saudi dan Rusia. Arab Saudi berjanji akan meningkatkan produksi demi merebut pangsa pasar.
Harga minyak AS tercatat turun 4,2% ke posisi US$ 31,60 per barel. Sementara, minyak mentah Brent yang menjadi patokan global, jatuh 4,6% menjadi US$ 34,14 per barel, sedikit di atas posisi terendah sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minyak mentah dunia berakhir turun sekitar 50% dari harga tertinggi yang dicapai pada Januari lalu. Dilansir dari Reuters, Kamis (12/3/2020), harga ini merupakan posisi terburuk sejak Perang Teluk pada tahun 1991.
Selain itu, perbedaan harga antara minyak Brent jangka pendek dan jangka panjang LCOc1-LCOc6 juga melebar. Hal ini memicu pedagang untuk menyimpan minyaknya dan bertaruh harga akan semakin tinggi.
Menilik larangan terbang Trump untuk maskapai dari dan ke Eropa juga memukul pasar saham global. Larangan ini menghantam maskapai AS.
Tentunya, dengan pelarangan tersebut, pemesanan jet dan pembelian bahan bakar avtur juga menurun. Persoalan ini kembali menampar pasar minyak yang sebelumnya sudah tersungkur.
"Ini adalah apa yang terlihat seperti hal yang positif terhadap pasokan, dan guncangan negatif akan permintaan," kata Lachlan Shaw, Kepala Penelitian Komoditas di National Australia Bank di Melbourne.
Baca juga: 'Perang Minyak': Rusia Hantam AS |
(fdl/fdl)