Para penyewa toko di pusat perbelanjaan alias tenant mal dibikin pusing virus corona. Pasalnya, virus yang sudah jadi pandemi ini membuat mal-mal jadi sepi pengunjung.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan bahwa kini umur toko di mal kemungkinan hanya tersisa dua bulan lagi.
"Di situasi kayak gini, paling tahan posisi kami ini paling dua bulan lagi. Kalau sampai tidak ada bantuan, sudah tidak kuat kami," ungkap Budihardjo kepada detikcom, Rabu (18/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, dalam dua bulan ke depan kalau kondisi masih seperti ini, apalagi tanpa ada bantuan apapun dari pemerintah, bisa saja toko-toko di mal akan tutup. Pasalnya, toko buka pun tidak ada pemasukan yang cukup untuk bertahan hidup.
"Sampai sekarang memang kami tegaskan dari tenant belum ada PHK, tapi kalau begini bukan PHK lagi tapi tutup bisa-bisa. Dua bulan lagi kita bisa aja tutup toko. Habis mau gimana, perusahaan buka juga nggak ada omzet nggak ada yang beli. Ya repot kita," tegas Budihardjo.
Budihardjo mengaku memang sampai saat ini sektor ritel masih kurang perhatian dari pemerintah di tengah kerugian yang terjadi karena pandemi virus corona.
"Sektor ritel ini belum dapat perhatian sama sekali dari pemerintah, sektor pariwisata aja sudah. Ritel belum," ungkap Budihardjo.
Gelombang penutupan toko disebut Budihardjo akan terjadi pada mal di Jakarta. Pasalnya, sejauh ini mal di Jakarta sudah sepi karena banyak masyarakat menghindari aktivitas publik.
Dia bercerita saat ini, toko-toko yang berada pada mal di Jakarta menyumbang 50% pendapatan perusahaan. Dia menyebut saat ini pihaknya menggantungkan pendapatan dari cabang-cabang toko di daerah.
"Masalahnya lagi DKI ini toko-toko itu 50% omzet, 50% itu bermasalah. Yang menolong kami ini luar kota, nah yang kita takutkan kalau di luar daerah tahu-tahu kayak di Jakarta juga," kata Budihardjo.
Baca juga: Mal di Jakarta Sepi! |
(eds/eds)