Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan mengevaluasi anak cucu usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Sejumlah perusahaan itu akan ditutup oleh kementerian.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan sejauh ini pihaknya terus menerus melakukan evaluasi pada cucu perusahaan.
"Kita menunggu persetujuan dari Kementerian BUMN untuk eksekusinya. Tapi kami sampaikan ke manajemen perusahaan, jadi tolong siapkan diri," kata Irfan dalam Blak-blakan detikcom, Kamis (19/3/2020).
Dia mengungkapkan, saat ini sebagai induk usaha dia sudah melakukan pengkajian isu apa saja yang akan diambil dalam proses evaluasi perusahaan.
"Saya cuma minta ke teman-teman direksi, untuk memastikan bahwa tidak ada satupun karyawan yang kita abaikan dari proses itu. Ini bukan salah mereka," kata dia.
Kemudian, manajemen juga diminta untuk memastikan memiliki solusi bisnis atau lanjut dengan model yang lain. Misalnya cucu usaha tersebut bisa digabungkan dengan induk usaha.
Contohnya Garuda Tau Beres, Irfan menyebut aplikasi yang dimilik oleh Tau Beres sangat bagus dan bisa diimplementasikan dalam bisnis induk usaha. "Tau Beres itu aplikasi yang dia bangun ternyata sangat bagus, kita bisa implementasikan dalam bisnis Garuda, naik tingkat 2 kali," jelas dia.
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana menutup lima anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Kelima anak usaha emiten berkode GIAA dinilai tak bermanfaat.
Erick mengatakan, untuk menjalankan aksi tersebut butuh payung hukum yang memberi keleluasaan untuk menggabungkan (merger) maupun menutup usaha.
"Untuk yang terakhir mohon dukungan kalau bisa tadi sedang diusulkan kepada Bapak Presiden dan Menteri Keuangan untuk mandat tambahan kita bisa memerger dan likuidasi memang ada beberapa perusahaan, contoh di Garuda ada lima anak perusahaan yang sebenarnya siap dilikuidasi," jelasnya.
(kil/ang)