Pemerintah di berbagai negara dunia akan memberikan sejumlah stimulus fiskal pada pekan ini. Hal itu sebagai upaya untuk menekan dampak virus corona.
Morgan Stanley mencatat komitmen stimulus dari Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang, Inggris, dan China menambah setidaknya US$ 1,7 triliun atau sekitar Rp 27.200 triliun (kurs Rp 16.000).
"Selama beberapa hari terakhir karena gangguan pasar ekonomi dan keuangan berlanjut kita telah mulai melihat komitmen yang kuat dari para pembuat kebijakan, mengindikasikan rencana ekspansi fiskal yang cukup besar dalam waktu dekat," kata Kepala Ekonom Morgan Stanley Chetan Ahya dikutip dari CNN, Senin (23/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah tersebut termasuk paket US$ 1 triliun yang masih membutuhkan persetujuan Kongres AS. Rencana itu secara diusulkan oleh Senat Partai Republik.
Ekonom senior AS, Andrew Hunter menyebut rencana stimulus US$ 1 triliun itu merupakan langkah awal yang harus ditindaklanjuti.
"Dengan PHK yang sudah melonjak dan risiko yang jelas bahwa penutupan sekarang di California mungkin harus diperpanjang di bagian yang lebih besar di negara itu, secara signifikan lebih banyak dukungan fiskal mungkin masih diperlukan untuk menghindari resesi yang berkepanjangan," ucapnya.
Program ini mencakup US$ 200 miliar pinjaman untuk maskapai dan US$ 300 miliar pinjaman yang dapat dimanfaatkan untuk usaha kecil. Selain itu, ada juga bantuan langsung untuk warga AS hingga US$ 1.200 untuk individu dan US$ 2.400 untuk pasangan yang memiliki pendapatan di bawah ambang batas.
UBS memperkirakan bahwa stimulus fiskal tahun ini akan melonjak hingga hampir 2% dari produk domestik bruto (PDB) secara global. Sebanyak 60% bank sentral telah memangkas suku bunga sejak 20 Januari 2020 lalu. Pemotongan itu telah digabungkan dengan program pembelian aset besar-besaran, seperti komitmen Bank Sentral Eropa β¬ 750 miliar ($ 803 miliar).
(ara/ara)