Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan ekonomi dan keuangan global sudah mengalami krisis akibat pandemi virus corona (COVID-19). Kondisi itu diyakini cepat atau lambat juga bakal berdampak pada perekonomian Indonesia.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede hal pertama yang wajib diprioritaskan pemerintah demi menghindari atau setidaknya meminimalisir dampak krisis tersebut adalah fokus pada aspek kesehatan masyarakat.
"Pemerintah perlu memfokuskan kebijakan jangka pendek nya yakni pada aspek kesehatan masyarakat serta tenaga medis. Sebab kalau pemerintah meminimalkan dampak dari aspek kesehatan dan kemanusiaan maka selanjutnya dampak ekonomi pun akan dapat ditanggulangi lebih cepat," kata Josua kepada detikcom, Sabtu (28/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, barulah pemerintah bisa mulai membenahi ekonomi dalam negeri mulai dari menjaga daya beli masyarakatnya.
"Selain itu, mempertimbangkan potensi penurunan pendapatan masyarakat akibat penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, maka pemerintah juga perlu memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang akan dimanfaatkan langsung bagi setiap rumah tangga untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar yang mungkin tidak dapat terpenuhi karena pengurangan waktu kerja dan kemungkinan PHK," paparnya.
Baca juga: 'Vitamin' yang Bikin IHSG dan Rupiah Perkasa |
Selain itu, penting juga bagi pemerintah untuk memperhatikan sektor usaha. Menurutnya, dengan memperhatikan dunia usaha maka tren perlambatan ekonomi domestik bisa ditekan sekaligus mengurangi potensi PHK.
"Pemberian stimulus bagi sektor usaha melalui penerbitan recovery bond (Surat Berharga/SBN jenis baru) diharapkan akan mengurangi tekanan cash flow bagi sektor riil yang pada akhirnya dapat mengurangi potensi PHK," sambungnya.
Sementara itu, dalam rangka membatasi pelemahan di pasar keuangan negara berkembang, ada baiknya pemerintah dapat memanfaatkan secara baik fasilitas credit swap line yang sudah disiapkan secara khusus oleh IMF kepada negara berkembang termasuk pasar keuangan Indonesia.
"Dengan fasilitas direct swap yang diberikan oleh IMF diperkirakan akan membatasi keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia yang didorong oleh tingginya ketidakpastian global akibat COVID-19 yang bersifat unprecedented. Fasilitas direct swap ini diperkirakan akan meningkatkan likuiditas valas di pasar domestik yang selanjutnya akan mendorong stabilitas nilai tukar," tuturnya.
Dari sisi pemerintahan dan otoritas lainnya, diminta tetap fokus dalam penanganan virus corona serta menanggulangi dampak ekonomi dari wabah ini sehingga dapat tetap menjaga confidence pelaku pasar khususnya investor asing. "Sehingga dapat membatasi capital flight yang selanjutnya dapat membatasi pelemahan nilai tukar rupiah," pungkasnya.
(fdl/fdl)