Pemerintah sedang menggarap aturan untuk melarang masyarakat mudik demi mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). Bahkan, pelarangan mudik sudah diultimatum oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Lalu, bagaimana dengan biaya mudik yang sudah disiapkan? Jika biaya mudik menganggur, bisa dimanfaatkan untuk apa saja?
Menurut Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho, dana menganggur karena tak mudik bisa dialokasikan untuk investasi. Namun, sebelum berinvestasi, ia menyarankan agar alokasi dana darurat atau cadangan yang sewaktu-waktu dibutuhkan terutama di tengah krisis atau pandemi corona ini sudah disimpan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selebihnya digunakan untuk apa? Nah saran saya alternatif dana darurat kita selama masa krisis ini. Coba untuk mulai dikonvert ke tabungan atau pun diinvestasikan. Kalau memang dananya berlebih," kata Andy kepada detikcom, Sabtu (28/3/2020).
Proporsinya untuk berinvestasi menurut Andy 30% dari pendapatan bulanan, bisa untuk membeli saham atau reksadana, juga instrumen investasi lainnya sesuai kriteria masing-masing.
"Kenapa saham dan reksadana? Karena nilainya kan lagi turun, dan memang kalau kita pakai konsep trading, saat harganya lagi rendah. Tapi dengan catatan kita nggak bisa berharap hari ini masuk ke pasar saham atau reksadana, bulan depan sudah langsung cuan atau naik nilainya, nggak begitu. Karena ini untuk jangka pajang, 6 bulan sampai 1 tahun paling tidak harganya baru kembali normal," imbuh dia.
Namun, bagi masyarakat yang punya dana menganggur lebih besar, maka tak ada salahnya untuk berinvestasi dengan proporsi yang lebih besar juga.
"Boleh saja asal dipastikan dana cadangan dan kebutuhan sehari-hari itu aman paling tidak sampai 2-3 bulan ke depan. Jadi jangan sampai kita nggak menyiapkan untuk kebutuhan makanan sehari-hari, tapi ternyata uangnya dibelanjakan untuk investasi semua mumpung misalnya kalau mau investasi dolar, dolarnya lagi turun. Jangan seperti itu," jelas Andy.
Tak kalah penting, Andy menyarankan masyarakat mulai membelanjakan dana berlebihnya ke asuransi kesehatan. Apalagi, di tengah pandemi ini, kekhawatiran akan kesehatan tubuh meningkat, dan membuat masyarakat panik dan memeriksa diri ke rumah sakit (RS).
"Karena in-case kita sakit, di saat penyebaran COVID-19 ini, dan banyak orang kondisi sekarang stress, ya karena bosan di rumah, atau parno dengan keadaan, anh namanya stress kan efeknya macam-macam. Ada contoh nyata orang yang stress efeknya asam lambung naik. Dan jadi harus beberapa kali ke dokter. Karena asam lambung naik, dia sakit kepala, jadi nggak produktif. Nah itu kan mengeluarkan biaya. Minimal kalau punya asuransi kesehatan paling tidak biaya yang kita keluarkan bisa dikurangi karena ada jaminan kesehatan," pungkasnya.
(fdl/fdl)