Punya Mesin Perontok Padi, Panen di Sumedang Capai 12 Ton/Hektare

Punya Mesin Perontok Padi, Panen di Sumedang Capai 12 Ton/Hektare

Angga Laraspati - detikFinance
Minggu, 05 Apr 2020 20:40 WIB
Panen raya di Ponorogo
Foto: Charolin Pebrianti
Jakarta -

Sejumlah sentra produksi padi tengah bersiap menyambut panen raya, salah satunya di Desa Keboncau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Di daerah ini bahkan panen sudah berlangsung sejak awal Maret kemarin dengan produktivitas yang terbilang tinggi.

"Panen di sini rata-rata sekitar 8 ton per hektare. Bahkan kemarin sempat ada yang bisa panen hingga 12 ton per hektare. Kami harapkan produktivitas tinggi bisa bertahan terus," ungkap penyuluh yang bertugas mendampingi para petani di Desa Keboncau, Acam dalam keterangan tertulis, Minggu (5/4/2020).

Menurut Acam, pemerintah pusat maupun daerah kerap memberikan bantuan. Selain memberikan bantuan benih, para petani juga sempat mendapatkan bantuan berupa mesin perontok padi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bantuan mesin perontok padi ini sangat bermanfaat bagi petani karena mengurangi kehilangan (losses) hasil panen. Para petani berharap pemerintah bisa menambah bantuan alsintan (alat dan mesin pertanian) ke wilayah kami," ungkapnya.

Di tengah pandemi Covid-19, diakui Acam tidak menyurutkan semangat para petani dalam bertani. "Petani di sini enjoy saja. Apalagi sekarang lagi musim panen," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pemerintah desa pun dinilai cukup tanggap dalam mencegah kemungkinan penyebaran Covid-19. Acam mengungkapkan, setiap pendatang diwajibkan melapor ke aparatur Desa. "Selain itu, kemarin juga sempat ada penyemprotan disinfektan," tuturnya.

Selain bantuan tersebut, Keberhasilan produksi kali ini juga tidak lepas dari penanganan yang cepat terhadap hama dan penyakit. Menurut salah seorang Petugas THL Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Angga, para petani di Kecamatan Ujung Jaya sempat dilanda kekhawatiran karena padi diserang penyakit blas. Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea.

"Untuk menangani penyakit blas, kami memprioritaskan penggunaan agens hayati. Di sini kami menggunakan agens hayati Paenibacillus polymyxa, hasil buatan kelompok tani setempat. Pengunaannya ramah lingkungan dan bahannya mudah diperoleh. Seandainya sudah tidak bisa diatasi oleh agens hayati, baru kami gunakan fungisida," jelas Angga.

Selama bulan Maret lalu, petani di seluruh kabupaten Sumedang telah memanen padi pada areal seluas 7.616 hektare dengan total produksi mencapai 48.910 ton. Sementara pada bulan April ini, pertanaman padi yang akan dipanen mencapai 10.521 hektare dengan prediksi produksi sekitar 67.566 ton. Ini berarti produksi padi kabupaten Sumedang di tingkat petani pada bulan Maret dan April 2020 mencapai 116.476 ton gabah kering panen.

Saat ini harga gabah di tingkat petani dihargai Rp 4.000 per kilogram untuk gabah kering panen dan Rp 5.200 per kilogram untuk gabah kering giling. Tren harga tahun ini masih lebih baik dibanding tahun lalu yang sempat menyentuh harga Rp 3.500 per kilogram gabah kering panen.

Sebagai informasi, pada pertengahan Maret lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah memprediksi musim panen April - Mei ini, stok beras nasional akan bertambah sebesar 8 juta ton. Dengan tambahan tersebut, stok beras nasional sangat aman.

"Stok beras untuk kebutuhan Ramadan hingga dan Idul Fitri aman dan terkendali. Stok ini bahkan mampu mencukupi kebutuhan warga saat pandemi covid-19," ungkap Syahrul.




(ega/ega)

Hide Ads