Wabah Corona menjadi musibah bagi para peternak ayam pejantan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sulitnya mengirim barang ke Jakarta dan Bandung karena pembatasan aktivitas, membuat pasar tak berjalan, sedangkan ayam menumpuk di kandang, Sehingga peternak menjual ayam dengan harga murah.
"Karena adanya imbauan pembatasan aktivitas di luar rumah, pasar nggak bisa berjalan. Sedangkan ayam khususnya penjatan dari Ciamis itu dikirim ke Jakarta dan Bandung," ujar Ketua Perhimpunan Perunggasan Priangan Timur, Komar Hermawan yang juga peternak ayam Ciamis saat dihubungi wartawan, Senin (6/4/2020).
Selama kondisi ini, kerugian yang dialaminya mencapai 70 persen. Ayam yang terserap pasar hanya 30 persen. Guna mengatasi kerugian yang cukup besar, peternak memilih menjual ayam dengan harga murah. Karena bila disimpan terlalu lama di kandang akan menambah biaya untuk pakan.
"Terkadang dijual berapa saja asal laku, sekarang harga ayam hidup di peternak dari Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu atau Rp 7 ribu paling mahal itu Rp 10 ribu per ekornya untuk yang punya bandar," ungkap Komar.
Komar menjelaskan, dalam satu Minggu produksi ayam di Ciamis bisa mencapai 1 juta ekor dari 10 ribu peternak ayam.
"Sekarang hilang modal mencapai 70 persen, itu juga sudah dianggap bagus. Saya bisa jual cuma 30 persen. Jadi ada yang beli juga sudah alhamdulillah. Uang dijual yang kadaluarsa bobotnya. Ayam pejantan," ucapnya.
Menurut Komar, kondisi saat ini lebih parah para peternak terpuruk dibanding kondisi moneter tahun 1998.
"Dulu saat moneter kondisinya hanya tidak ada uang saja. Tapi kalau sekarang uang ada orang disuruh diam di rumah. Pasar jadi tidak jalan. Mudah-mudahan ada solusi terbaik untuk para peternak, baik di Ciamis maupun Priangan timur," terangan Komar.
(hns/hns)