Jakarta -
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berlaku mulai hari ini turut mempengaruhi pendapatan ojek online. Apalagi sejak adanya kebijakan work from home (WFH) jumlah penumpang terus mengalami penurunan.
Kebijakan PSBB ini disebut justru membuat ojol makin berat dalam mendapatkan penghasilan. Bahkan ada ojol yang sampai diusir pemilik kontrakan lantaran tak lagi sanggup membayar sewa tempat tinggal.
Cerita ratapan ojol itu jadi satu dari sekian banyak berita terpopuler hari ini. Ada juga informasi lain yang jadi terpopuler dari mulai lonjakan pengangguran di AS hingga sekaratnya bisnis peternakan ayam.
Simak berita terpopuler hari ini di sini.
Ratapan Ojol
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berlaku mulai hari ini turut mempengaruhi pendapatan ojek online. Apalagi sejak adanya kebijakan work from home (WFH) jumlah penumpang terus mengalami penurunan.
Kebijakan PSBB ini disebut justru membuat ojol makin berat dalam mendapatkan penghasilan. Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono menjelaskan jika memang ojol dilarang mengangkut penumpang, maka pemerintah harus memberikan kompensasi berupa uang tunai.
"Harus ada kompensasi berupa uang tunai, agar ekonomi kerakyatan masih jalan. Jangan hanya bantuan sembako, karena kami sebagian tinggal di kontrakan atau kos. Sampai ada teman-teman kami yang sudah diusir oleh pemilik kontrakan dan mereka tinggal di basecamp," kata Igun saat dihubungi detikcom, Jumat (10/4/2020).
Lonjakan Pengangguran di AS
Sebanyak 6 juta orang Amerika Serikat (AS) mengajukan klaim tunjangan pengangguran dalam satu pekan. Mengutip Reuters, ini artinya sudah ada 16,8 juta orang yang mengajukan tunjangan pengangguran ke pemerintah.
Meningkatnya klaim pengangguran ini terjadi akibat penyebaran virus Corona yang semakin luas di AS dan mengguncang perekonomian negeri Paman Sam itu.
Berdasarkan laporan dari Departemen ketenagakerjaan AS diprediksi akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 20 juta orang pada April ini. Kemudian ekonomi AS diprediksi akan mengalami resesi.
Ekonom Senior di Glassdoor, Daniel Zhao mengungkapkan pada bulan pertama, krisis ekonomi yang disebabkan oleh Corona ini membuat jurang resesi semakin lebar.
"Tapi berapa lama klaim tunjangan pengangguran ini akan bertahan bagi jutaan orang yang menjadi pengangguran baru," kata dia.
Peternak Ayam Sekarat
Sudah jatuh tertimpa tangga itulah yamg dirasakan para peternak ayam menyikapi kondisi usahanya yang didera penyebaran virus Corona (COVID-19).
Sejak tahun lalu, harga ayam lebih sering di bawah harga produksi sehingga merugi. Harga ayam di tingkat peternak bisa di bawah Rp 10.000 perkilogram sementara ongkos produksi bisa mencapai sekitar Rp 18.000.
Walaupun sering merugi, namun kondisi pasar masih bisa menyerap karena ada permintaan masyarakat. Begitu terjadi wabah COVID-19, permintaan itu akhirnya turun drastis akibat adanya pembatasan sosial. Rumah makan, restoran, warung, banyak yang tutup, otomatis permintaan juga anjlok.
Bahkan menjelang bulan Ramadan yang merupakan masa tersibuk bagi para peternak menyiapkan ayam untuk kebutuhan bulan Ramadan lanjut Lebaran dianggap belum bisa mendongkrak kenaikan permintaan yang sudah berada di level terendah.
"Kondisi peternakan ibaratnya sudah seperti mayat hidup, sejak tahun 2019 lalu kami terus merugi. Adanya wabah corona ini sebagai menambah sakit saja dan menderita," ujar Parjuni, salah satu peternak ayam.
Ia menuturkan, sebelum terjadi wabah, peternak masih sempat menjual Rp12.000-Rp13.000, begitu terjadi wabah, harga menjadi terjun bebas hanya Rp 8.000 bahkan Rp 4.000 perkilogram. Sementara ongkos produksi tidak pernah turun, tetap Rp 17.500 - Rp 18.000.
Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]