Bukan cuma PHK, karyawan pun tidak diberikan pesangon lantaran perusahaan tak lagi memiliki bisnis yang menghasilkan.
Kabar pahit ini terungkap pada 24 Februari 2020, saat itu ISP mengeluarkan memo kepada nasabahnya bahwa pengembalian dana harus diperpanjang 6 bulan sampai 4 tahun. Perpanjangan itu dilakukan tergantung dari jumlah dana yang ditempatkan.
Setelah itu ISP mengeluarkan memo baru, isinya pengembalian dana tidak lagi diperpanjang melainkan dicicil 3-10 tahun. Ironisnya lagi pengembalian dana nasabah dilakukan tanpa bunga.
Boy (nama samaran), salah satu karyawan marketing ISP mengungkapkan sebagai koperasi simpan pinjam, ISP seharusnya menyalurkan dananya ke anggota yang meminjam. Namun berdasarkan informasi dari Boy, per bulannya ISP hanya menyalurkan pinjaman sekitar Rp 30-40 miliar.
Padahal menurut Boy dana yang masuk ke koperasi ada ratusan miliar rupiah sebulan. Dia mengatakan di tahun 2018 saja sudah ada dana hingga Rp 10 triliun.
"Kebetulan saya dekat dengan salah satu area manager lending di Indosurya. Saya lihat data orang lending se-Indonesia. Mereka paling kucurkan dana Rp 30-40 miliar sebulan. Sementara dana yang masuk ratusan miliar per bulan. Di 2018 saja dananya sudah Rp 10 triliun," tuturnya kepada detikcom, Senin (6/4/2020).
Boy sendiri memang ada yang salah dengan perusahaan. ISP merupakan koperasi simpan pinjam, namun target nasabahnya kelas menengah ke atas.
Banyak karyawannya yang juga merupakan jebolan marketing perbankan. Sehingga ISP dengan mudah bisa menarik dana nasabah perbankan dengan menawarkan bunga sedikit lebih tinggi dari bunga yang ditawarkan perbankan.
Memang berdasarkan laporan keuangan ISP pada 2018 jumlah simpanan mencapai 10,4 triliun. Tapi menjadi hal yang aneh ketika melihat penyaluran pinjaman hanya Rp 30-40 miliar per bulan. Lalu ditempatkan di mana sisa dana kelolaan ISP?
Menurut Boy hanya pemilik, direktur utama dan Tuhan yang tahu. Bahkan menurutnya sekelas direksi saja tidak mengetahui di mana dana kelolaan itu ditempatkan.
"Cuma owner, dirut dan Tuhan yang tahu, kalau direktur pun tidak tahu. Menurut saya mereka juga korban, karena uangnya juga nyangkut di sini, keluarganya juga," ungkap Boy.
Muncul kabar bahwa gagal bayar ISP juga berkaitan dengan kasus Jiwasraya. Namun petinggi ISP sudah membantahnya.
"Kalau memang benar yang dikatakan dirut bahwa tidak ada keterkaitan dengan Jiwasraya, ya berarti dia investasi ke grup. Tapi kan tidak boleh koperasi investasi di grup. Tapi sampai sekarang tidak dikasih tahu itu duitnya ditaruh di mana, hanya dirut, owner dan Tuhan yang tahu," tutur Boy.
(dna/dna)