Sebelumnya Amazon telah merekrut 100 ribu pekerja untuk pusat distribusi di AS yang dibuka pada Maret lalu.
Amazon mengatakan perusahaan akan menghabiskan US$ 500 juta setara Rp 7,8 triliun (kurs 15.669) untuk kenaikan gaji karyawannya. Nilai tersebut naik dari ekspetasi sebelumnya senilai US$ 350 juta (Rp 5,4 triliun)
Peningkatan perekrutan pekerja di Amazon membuat perusahaan mendapat tekanan dari serikat kerja dan karyawannya untuk meningkatkan pencegahan penyebaran virus Corona (COVID-19).
Melansir dari CNN, Selasa (14/4/2020), Amazon memastikan terus meningkatkan kesehatan dan keselamatan karyawannya selama bekerja. Seperti peningkatan kebersihan, mengimbau jarak sosial, dan menyemprotkan desinfektan.
"Perhatian utama kami adalah memastikan kesehatan dan keselamatan karyawan kami. Kami membuat lebih dari 150 pembaruan untuk membantu melindungi karyawan, dari peningkatan pembersihan dan jarak sosial hingga piloting upaya baru seperti menggunakan desinfektan," tulis Amazon dalam posting blog perusahaan pada Senin (13/4/2020).
Pada fasilitas Amazon di Washington, California dan New York, telah terkonfirmasi beberapa kasus virus Corona. Karyawan menuntut perusahaan untuk menutup kantor dan melakukan pembersihan. Karyawan juga melakukan mogok kerja karena memprotes keputusan Amazon yang memilih tetap buka di tengan pandemi Coroana.
Beberapa karyawan dan pelamar Amazon mengatakan kepada CNN Business bahwa mereka khawatir dengan situasi saat perekrutan. Dengan begitu banyak pelamar membuat sekumpulan orang yang dikhawatirkan akan meningkatkan penularan wabah virus Corona.
Selain itu, terbatasnya tisu, disinfektan dan fasilitas keamanan dan kesehatan karyawan dalam mencegah penyebaran virus Corona.
(dna/dna)