Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan penguatan ini terjadi karena tingginya permintaan dolar AS.
"Pada April permintaan untuk dolar AS meningkat karena banyak perusahaan-perusahaan yang listing di bursa harus membayar dividen kuartal I hingga permintaan relatif tinggi," kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (21/4/2020).
Dia mengungkapkan dengan tingginya kebutuhan dollar maka Bank Indonesia (BI) kembali turun ke pasar guna melakukan intervensi dalam perdagangan DNDF yaitu pasar valas, Obligasi dan SUN sehingga bisa membantu pasar kembali kondusif.
Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi akibat pandemi virus corona.
Dia mengatakan walaupun pasar terus bergejolak namun Bank Indonesia optimis bahwa fundamental ekonomi masih kuat dan stabil sehingga arus modal asing yang di perdagangkan sesi siang terus keluar pasar. "Pada saat mendekati penutupan pasar Arus modal asing kembali masuk dan kembali membanjiri pasar valas dan obligasi dalam negeri," jelas dia.
Ibrahim memprediksi dalam perdagangan besok rupiah kemungkinan masih akan bergejolak walaupun dibuka melemah tetapi ditutup kemungkinan menguat. Range Rp 15.320- Rp15.570.
Kemudian dari sisi eksternal turunnya harga minyak dunia ke level terendah dan kebijakan social distancing turut mempengaruhi penguatan nilai dolar AS.
Lalu Bank Sentral AS yang berencana akan kembali mengelontorkan paket stimulus sebesar US$450 miliar yang diperuntukkan untuk bisnis kecil dan rumah sakit yang terkena dampak akibat pandemi virus corona dan dalam minggu ini kongres AS akan bersidang dan kembali memberikan suara pada paket baru senilai US$ 450 miliar tersebut.
Sebelumnya Bank Sentral Amerika sudah menggelontorkan setimulus sebanyak dua kali yaitu yang pertama US$ 2,2 triliun dan yang kedua US$ 2,3 triliun.
(kil/dna)