Pelatihan Kartu Pra Kerja Mirip Konten Gratis di YouTube

Pelatihan Kartu Pra Kerja Mirip Konten Gratis di YouTube

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 23 Apr 2020 06:55 WIB
Ilustrasi Kartu Pra Kerja
Foto: Ilustrasi Kartu Pra Kerja (Tim Infografis: Luthfy Syahban)
Jakarta -

Program Kartu Pra Kerja kerap mendapat sorotan tajam. Salah satunya ada anggapan bahwa materi pelatihan yang ditawarkan, serupa dengan konten gratisan yang bertebaran di YouTube. Di media sosial misalnya, banyak sindiran seperti itu. Apakah benar demikian?

detikcom menelusuri konten di YouTube untuk membandingkan beberapa materi pelatihan yang ditawarkan dalam Kartu Pra Kerja. Salah satu pelatih yang ditawarkan adalah bahasa Inggris dasar untuk driver ojol.

Ternyata, di YouTube ada pelatihan percakapan bahasa Inggris untuk pengemudi ojol. Video tersebut berisi tutorial untuk tanya jawab berbahasa Inggris terkait aktivitas ojol dan si penumpang, mulai dari menanyakan posisi, hingga ciri pakaian yang digunakan calon penumpang agar tak salah menjemput orang.

Di program Kartu Pra Kerja juga ada pelatihan untuk belajar bikin pempek. Materi yang satu ini rupanya banyak di YouTube bahkan sudah ditonton oleh jutaan orang.

Materi latihan soal CPNS plus kunci jawaban juga dihadirkan di program Kartu Pra Kerja. Namun pelatihan mengenai hal tersebut juga banyak di YouTube dan bisa diikuti tanpa dipungut biaya.

Ada juga pelatihan yang cocok dengan kondisi seperti saat ini di program Kartu Pra Kerja, yaitu menjahit masker anti corona dan bisa dijual. Lagi-lagi di YouTube juga banyak tutorial membuat masker dengan bermacam-macam variasi.

Pelatihan belajar menjadi barista dan membuka warung kopi di rumah juga disediakan di program Kartu Pra Kerja. Apakah materi serupa juga ada di YouTube? Jawabannya ada.


Meski kelihatannya serupa tapi memang belum bisa disimpulkan apakah pelatihan di program Kartu Pra Kerja sama saja dengan yang ada di YouTube. Sebab bisa saja metode yang digunakan di program tersebut berbeda, entah bersifat interaktif, bisa melakukan tanya jawab langsung dan sebagainya.

Tak heran jika program tersebut mendapat kritik seperti yang dibahas di halaman berikutnya.


Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengkritik pelatihan online program Kartu Pra Kerja. Sebab materi pelatihan yang ditawarkan tersedia di YouTube secara gratis. Sedangkan di program Kartu Pra Kerja berbayar meskipun dananya disediakan pemerintah.

Pemerintah sendiri membekali biaya pelatihan Rp 1 juta kepada masing-masing peserta program tersebut. Totalnya ada 5,6 juta peserta Kartu Pra Kerja. Artinya dana Rp 5,6 triliun disediakan hanya untuk pelatihannya saja.

"Di YouTube itu semua ada. Mau ngapain saja. Jujur saja ya kalau mau online-online itu nggak perlu pakai pelatihan biaya sebesar itu," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (22/4/2020).

Bahkan dia mencontohkan anaknya yang bisa merakit komputer sendiri hanya bermodalkan panduan dari YouTube dan Google. Tidak perlu ikut pelatihan berbayar.

"Anak saya itu mau belajar apa saja bisa, gratis di YouTube. Hampir semua sekarang ini, mudah sekali untuk belajar secara online tanpa kita harus membayar. Mau latihan melukis, latihan apa saja ada. Anak saya sekarang jago di hardware komputer. Dia sudah bisa merangkai komputer, otodidak belajar dari YouTube, belajar dari Google," jelasnya.

Lagipula metode pelatihan secara online yang digunakan dirasa tidak tepat sasaran. Sebab akan lebih optimal jika pelatihan dilaksanakan secara offline dengan melakukan praktik langsung.


"Pembekalannya seharusnya bukan online ya. Tapi kan kondisi sekarang nggak mungkin untuk tidak online ya. Jadi yang kita butuhkan sekarang ini adalah yang sesuai dengan kondisi sekarang ini. Kondisi sekarang ini adalah bantuan kepada mereka yang kehilangan pekerjaan, kehilangan income. Dan bantuan kepada mereka itu bukan pelatihan tetapi dana tunai," tambah Piter.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun buka suara. Cek di halaman berikutnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara mengenai kritik keras terhadap program Kartu Pra Kerja. Dia pun menegaskan karena adanya pandemi COVID-19 maka program Kartu Pra Kerja menjadi semi bansos, bukan murni pelatihan tapi juga bukan murni bansos.

"Ya saya sampaikan tadi semi bansos, bukan bansos tapi sudah semi bansos sama seperti dana desa sebagian memang masuk ke bansos," kata dia dalam wawancara eksklusif dengan MataNajwa yang tayang di Trans7, Rabu (22/4/2020).

Soal pelatihan, Jokowi menjelaskan Kartu Pra Kerja merupakan program terbuka. Biayanya pun bervariasi. Peserta bebas untuk mengambil materi pelatihan yang ditawarkan.

"Bahwa ada biaya Rp 1 juta untuk pelatihan, itu bukan itu karena ini adalah sebuah program yang terbuka. Artinya semua perusahaan bisa menawarkan pelatihan lewat online di situ. Biaya pun juga terbuka di situ, bisa dilihat, tidak Rp 1 juta. Ada yang Rp 168 ribu, ada. Tapi yang Rp 200 ribu juga ada. Tinggal memilih. Ada juga yang Rp 800 ribu. Tergantung pelatihan yang diinginkan," jelasnya.

"Dan misalnya ada perusahaan A ikut (menyediakan) pelatihan, ini belum tentu juga dipakai oleh peserta Pra Kerja. Jadi saya kira sekali lagi Kartu Pra Kerja ini sudah bukan murni training atau murni pelatihan tapi sudah masuk ke semi bansos dalam rangka juga COVID-19 ini," terangnya.


Jokowi juga menyebut jika mayoritas peserta program Kartu Pra Kerja adalah korban PHK. Mereka yang jadi peserta akan dapat bantuan Rp 600 ribu per bulan, selama empat bulan.

"Arahnya sudah semi bansos sehingga Rp 600 ribu selama 4 bulan itu memang sudah semi bansos terutama untuk korban PHK. Ini hampir saya kira 80-90% yang ikut Kartu Pra Kerja ini korban PHK," tambahnya.



Simak Video "Video: kala Jokowi Antar Cucu Liburan di Tengah Masa Penyembuhan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads