Boeing membatalkan penyuntikan dana sebesar US$ 4,2 miliar setara Rp 65 triliun (kurs Rp 15.500/ dolar US) dengan pabrik pesawat asal Brazil Embraer. Padahal kesepakatan itu akan memberi Boeing saham yang lebih besar di unit jet komersial milik Embraer ini.
Menurut perjanjian, Boeing akan memiliki 80% saham Embraer, sementara Embraer mempertahankan kepemilikan sebesar 20%. Itu akan membantu Embraer bersaing dengan rival Kanada Bombardier, yang bergabung dengan Airbus pada 2017.
Kendati demikian kesepakatan yang telah direncanakan sejak 24 April telah dibatalkan. Boeing menganggap Embraer tidak memenuhi persyaratan dalam perjanjian yang berakhir Jumat lalu. Hingga kini, Boeing menolak membahas secara spesifik persyaratan yang dinilai tidak sesuai itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sangat mengecewakan. Tetapi kami telah mencapai titik di mana negosiasi terus-menerus (dilakukan) dalam kerangka (perjanjian transaksi merger), ini tidak akan menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan, "kata Marc Allen, Presiden Embraer Partnership and Group Operations, dikutip dari CNN, Senin (27/2/2020).
Embraer sendiri mengatakan pihaknya yakin sepenuhnya memenuhi persyaratan kesepakatan itu.
Pada siaran pers Sabtu lalu, Embraer menegaskan Boeing telah mengambil keputusan yang salah. Embraer menganggap Boeing telah membuat klaim palsu sebagai dalih untuk menghindari komitmen mereka dalam menyelesaikan transaksi dan membayar Embraer dengan harga pembelian US$ 4,2 miliar.
Boeing dianggap tidak dapat membayar kesepakatan. Mengingat Boeing terlibat pada dua kecelakaan fatal Boeing 737 Max yang telah membuat produsen Boeing menelan biaya setidaknya US$ 18,7 miliar (Rp 291 triliun).
Secara terpisah ada usaha kerja sama lain antara Boeing dan Embraer, yakni pemasaran dan mendukung pesawat militer C-390 Millennium tetap utuh.
Baca juga: Pabrik Bir 400 Tahun Tutup Gara-gara Corona |
(eds/eds)