"Dan yang paling penting melakukan efisiensi. Pasti kami sudah tidak dapat THR nanti kalau ada pemotongan gaji pun pertama direksi yang harus dipotong," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam telekonferensi, Kamis (30/4/2020).
Selain itu, perseroan juga akan memangkas belanja operasional (operational expenditure/opex) secara signifikan. Upaya ini dilakukan guna menyeimbangi pemasukan yang anjlok akibat berkurangnya permintaan.
"Opex kami potong 30% untuk grup, baik anak, cucu, hingga cicit perusahaan. Investasi juga lebih selektif kami potong 25% sehingga banyak investasi baru di hulu tidak dulu," jelasnya.
Selain memotong gaji dan meniadakan THR bagi level direksi, perseroan juga akan melakukan pengurangan produksi pada beberapa kilangnya pada periode April-Mei ini.
"Skenario yang kami buat tadi COVID-19 ini sampai akhir tahun dan recovery awal tahun depan. Itu sudah masuk dalam skenario kita, sehingga rencananya kita akan kurangi produksi di kilang," tambahnya.
Guna menggenjot pembelian, Pertamina juga memberikan layanan pengiriman kepada konsumen bekerja sama dengan ojek online. Ia mengaku Pertamina juga tengah melirik pasar ekspor baru untuk solar di tengah pandemi.
Sejumlah kebijakan itu dilakukan karena secara nasional permintaan BBM sudah anjlok hingga 25%. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya dan Makassar, anjloknya sudah sampai di atas 50%.
"Ini penjualan terendah sepanjang sejarah Pertamina," ucapnya.
Penurunan permintaan ini juga yang akhirnya menurunkan pendapatan perusahaan. Pertamina mencatat adanya penurunan pendapatan antara 38 - 40% akibat dihimpit pandemi virus Corona. Arus kas (cash flow) dari Pertamina juga sudah cukup terganggu.
(dna/dna)