Lufthansa merupakan maskapai penerbangan Eropa yang berpusat di Bandara Internasional Frankfurt. Perusahaan ini mengungkapkan kerugian kuartal pertama € 1,2 miliar (Rp 19 triliun). Hal tersebut diungkapkan pada rapat tahunan maskapai secara virtual pada, Selasa (5/5/2020). Rapat itu juga membahas mengenai prospek kerja penerbangan global yang terhenti akibat krisis.
Mingguan Jerman Der Spiegel dan Bloomberg melaporkan Lufthansa sedang menegosiasikan bailout € 10 miliar (Rp 163 triliun) dengan pemerintah Jerman dengan jaminan 25,1% dari perusahaan dan kursi di dewan pengawas Lufthansa.
Melansir dari CNN, Rabu (6/5/2020), hingga berita ini beredar, Lufthansa menolak mengomentari laporan tersebut.
"Dukungan pemerintah Jerman akan menjadi langkah yang menentukan bagi kelangsungan hidup maskapai di masa depan. Daya saing dan kemampuan investasi terus menjadi prasyarat penting untuk ini," tulis dewan eksekutif Lufthansa
Analis khawatir campur tangan pemerintah dapat menghambat kemampuan Lufthansa untuk melaksanakan program restrukturisasi yang direncanakan, yang akan memangkas armadanya sebesar 13% dan dapat mengakibatkan sebanyak 10.000 pemutusan hubungan kerja. Sekitar dua pertiga dari stafnya, atau lebih dari 80.000 orang, sudah dikurangi jam kerjanya.
Daniel Roeska, seorang analis riset senior di Bernstein mengatakan bahwa komponen politik ke dewan Lufthansa akan membuat kerja perusahaan menjadi lebih sulit. Sejarah telah menunjukkan tindakan tegas maskapai pada elit politik menjadi daya tahan di masa krisis.
Spohr menekankan bahwa Lufthansa ingin mempertahankan kebebasan pengambilan keputusan dan tindakan kewirausahaan.
"Karena itu kami sekarang membutuhkan dukungan pemerintah, tetapi kami tidak memerlukan manajemen pemerintah," katanya Spohr
Beberapa maskapai besar di Eropa dan Amerika Serikat telah mencari dana investor dan dana talangan pemerintah. Guna bertahan dari krisis keuangan yang semakin meningkat akibat pembatasan perjalanan akibat virus Corona,
Maskapai penerbangan top Eropa ini juga telah mengumumkan bahwa sebanyak 35.000 pekerja akan kena PHK guna mengecilkan pengeluaran pada bisnis. Maskapai lain, seperti Virgin Atlantic mengatakan mereka akan memotong lebih dari 3.000 tenaga kerjanya.
(dna/dna)