Dana Bantuan Trump Mengering, Ribuan Pegawai Penerbangan Terancam PHK

Dana Bantuan Trump Mengering, Ribuan Pegawai Penerbangan Terancam PHK

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 11 Mei 2020 11:41 WIB
Virus corona: China seharusnya dapat menghentikan penyebaran virus corona, kata Trump
Foto: BBC World
New York -

CEO United Airlines, Scott Kirby mengatakan jadwal penerbangan di AS kini anjlok hingga 90%. Situasi ini akan makin parah jika maskapai mengambil tindakan tegas guna menyelamatkan bisnis.

"Jika permintaan tetap berkurang hingga Oktober mendatang, perusahaan tidak akan mampu menanggung krisis ini. Tindakan tegas yang cukup sulit diambil akan diberlakukan, di antaranya PHK dan cuti tak berbayar untuk seluruh karyawan," kata Kirby

United Airlines berencana memangkas 30% dari 11.500 total pekerja non-serikat. Sebelumnya maskapai telah memotong jam kerja karyawan yang diizinkan oleh federal. Selain itu maskapai juga menawarkan cuti tak berbayar selama 20 hari terhitung Mei ini hingga September mendatang.

Kerugian maskapai di AS akibat krisis virus Corona diperkirakan akan mengakibatkan 750.000 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Angka pekerja tersebut termasuk pilot, pramugari, pekerja bagasi, mekanik, dan divisi lainnya.

Maskapai AS telah mendapatkan dana pinjaman dan hibah dari Federal (CARES) guna membantu penggajian staf sebesar US$25 miliar setara Rp 372 triliun (kurs Rp 15.000/ dolar US). Dana tersebut diberikan dengan syarat maskapai dilarang mem-PHK karyawan.

Namun, dana tersebut dianggap tidak cukup untuk menggaji staf hingga September mendatang. Kerugian maskapai telah mencapai jutaan dolar per harinya. Kerugian maskapai kuartal I mencapai US$2 miliar (Rp 29 triliun) dan kuartal II diperkirakan akan lebih merugi lagi.


Maka sebagian maskapai merencanakan mengeluarkan kebijakan PHK dan menawarkan cuti secara sukarela setelah peraturan Federal dicabut pada 1 Oktober mendatang. Dengan diperkirakan maskapai memangkas sepertiga stafnya.

Beberapa maskapai telah lebih dulu menawarkan karyawannya mengambil cuti tak berbayar. Sekitar 100.000 pekerja di empat maskapai penerbangan AS dari Amerika (AAL), United, Delta (DAL) dan Barat Daya - telah melakukannya, sekitar 26% dari total stafnya.


Kepala Analis Kredit Maskapai di Standard & Poor's, Philip Baggaley menyetujui jika talangan dana dari federal tidak mencukupi jika harus menggaji seluruh karyawan. Dia percaya 20% dan 30% pekerja maskapai akan kehilangan pekerjaannya.

CEO Southwest (LUV) Gary Kelly mengatakan kepada CNN minggu ini bahwa perusahaan penerbangan akan melakukan segala yang kami bisa untuk mempertahankan pekerjaan.

"Tetapi kini situasinya menunjukkan bahwa uang hibah federal tidak mencakup semua gaji perusahaan antara sekarang dan 30 September. Kami memiliki banyak uang tunai hari ini, tetapi kami menghabiskan hampir satu miliar dolar pada bulan April sebagai contoh," kata Kelly. Dikutip dari CNN, Senin (11/5/2020).

Namun, serikat pekerja AS menganggap kebijakan maskapai pemotongan jam kerja dan kebijakan cuti tak berbayar dianggap melanggar peraturan UU CARES. Serikat Machinists, yang mewakili 27.000 pekerja mengajukan gugatan federal minggu ini untuk memblokir United dari memotong jam pekerjanya hingga 10 jam.



Simak Video "Video Pengamat: AS Jadikan Iran 'Monster' untuk Menakuti Negara Arab"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads