CEO United Airlines, Scott Kirby mengatakan jadwal penerbangan di AS kini anjlok hingga 90%. Situasi ini akan makin parah jika maskapai mengambil tindakan tegas guna menyelamatkan bisnis.
"Jika permintaan tetap berkurang hingga Oktober mendatang, perusahaan tidak akan mampu menanggung krisis ini. Tindakan tegas yang cukup sulit diambil akan diberlakukan, di antaranya PHK dan cuti tak berbayar untuk seluruh karyawan," kata Kirby
United Airlines berencana memangkas 30% dari 11.500 total pekerja non-serikat. Sebelumnya maskapai telah memotong jam kerja karyawan yang diizinkan oleh federal. Selain itu maskapai juga menawarkan cuti tak berbayar selama 20 hari terhitung Mei ini hingga September mendatang.
Kerugian maskapai di AS akibat krisis virus Corona diperkirakan akan mengakibatkan 750.000 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Angka pekerja tersebut termasuk pilot, pramugari, pekerja bagasi, mekanik, dan divisi lainnya.
Maskapai AS telah mendapatkan dana pinjaman dan hibah dari Federal (CARES) guna membantu penggajian staf sebesar US$25 miliar setara Rp 372 triliun (kurs Rp 15.000/ dolar US). Dana tersebut diberikan dengan syarat maskapai dilarang mem-PHK karyawan.
Namun, dana tersebut dianggap tidak cukup untuk menggaji staf hingga September mendatang. Kerugian maskapai telah mencapai jutaan dolar per harinya. Kerugian maskapai kuartal I mencapai US$2 miliar (Rp 29 triliun) dan kuartal II diperkirakan akan lebih merugi lagi.
Maka sebagian maskapai merencanakan mengeluarkan kebijakan PHK dan menawarkan cuti secara sukarela setelah peraturan Federal dicabut pada 1 Oktober mendatang. Dengan diperkirakan maskapai memangkas sepertiga stafnya.
Beberapa maskapai telah lebih dulu menawarkan karyawannya mengambil cuti tak berbayar. Sekitar 100.000 pekerja di empat maskapai penerbangan AS dari Amerika (AAL), United, Delta (DAL) dan Barat Daya - telah melakukannya, sekitar 26% dari total stafnya.
Simak Video "Video Pengamat: AS Jadikan Iran 'Monster' untuk Menakuti Negara Arab"
[Gambas:Video 20detik]