Bus cs Boleh Wira-wiri, Organda: Tak Efektif, Daya Beli Tidak Ada

Bus cs Boleh Wira-wiri, Organda: Tak Efektif, Daya Beli Tidak Ada

Jauh Hari Wawan - detikFinance
Rabu, 13 Mei 2020 14:34 WIB
Puluhan pengusaha Elf gelar aksi manasi mesin di pinggir lapangan Kridosono, Blora.
Foto: Febrian Chandra/detik.com
Yogyakarta -

Bus antarkota antarprovinsi (AKAP) sudah mulai melayani perjalanan ke luar kota. Sesuai dengan Surat Edaran (SE) Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nomor 4 Tahun 2020 mereka akan mengangkut perjalanan khusus.

Beroperasinya angkutan itu menurut Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY sudah tidak efektif lagi. Penyebabnya, daya beli masyarakat sudah sudah tidak ada.

"Memang sudah ada yang beroperasi lagi, tapi kalau menurut pandangan kami hal ini sudah tidak efektif lagi karena daya beli masyarakat sudah tidak ada," kata Ketua Organda DIY V Hantoro saat dihubungi wartawan, Rabu (13/5/2020).

Hantoro mengungkapkan angkutan yang beroperasi kebanyakan dari daerah Jabidetabek dengan tujuan Gunung Kidul. Per hari jumlahnya tidak sampai 10 unit bus.

"Kebanyakan dari Jabodetabek menuju Gunung Kidul yang paling banyak. Kalau per hari yang home base-nya di Yogya itu ada empat sampai enam. Tapi karena DIY dilewati ada lebih dari 20 kendaraan satu malam," jelasnya.


Menurutnya, dalam kondisi ini pihaknya butuh kepastian. Agar nantinya saat beroperasi tidak ada pemberhentian operasi lagi sebab dalam menyelenggarakan kegiatan angkutan ada proses yang harus dilalui.

"Ini yang menjadi kendala kami karena kegiatan angkutan melalui proses ticketing atau pemesanan. Proses pengiriman kendaraan sampai Jakarta. Jangan sampai nanti saat kami sudah menjual tiket ternyata saat mau berangkat tidak diperbolehkan," ungkapnya.

"Tapi pada prinsipnya kami mau mencoba memberikan pelayanan kepada masyarakat tapi sudah tidak ada daya beli masyarakat saat ini," lanjutnya.



Hantoro menambahkan dalam kondisi pandemi Corona ini beban operasional sangat besar. Beban operasional PO tinggi sekali karena kegiatan itu hanya satu jalur dari barat ke timur. Sekarang satu bus besar dari Jakarta Yogya cuma 8 orang untuk tol dan BBM sudah habis.

Jika pemerintah memang serius untuk memutus rantai penyebaran COVID-19, maka pihaknya tidak keberatan untuk berhenti beroperasi. Namun, pemerintah juga harus memberikan kepastian terkait lamanya pemberhentian operasi.

"Kalau memang ini untuk memutus COVID-19 ya sudah kita berhenti tapi ada batas waktu tertentu. Kalau seperti itu (ditutup) untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 kami tidak masalah asal ada kejelasan sampai kapan," katanya.


Pihaknya juga meminta kepada pemerintah agar tegas dalam menindak angkutan liar yang masih marak beroperasi. Pemantauan di perbatasan juga diperketat.

"Kami saat ini jalan karena melihat angkutan liar banyak. Mereka (angkutan liar) tidak perlu memperhitungkan prosedur yang ditentukan pemerintah," ucapnya.

"Harapan kami kalau SE sudah dikeluarkan itu jangan sampai ada angkutan-angkutan liar yang masih mengangkut karena tidak mengikuti protokol dari pemerintah," tutupnya.



Simak Video "Video Puluhan Bus Bekas TransJakarta Hangus Terbakar di Jakbar"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads