Perusahaan rental mobil Hertz Global Holdings Inc mengajukan pailit imbas Corona. Hal ini terjadi karena selama pandemi COVID-19 bisnis penyewaan mobil hancur dan Hertz gagal mendapatkan kucuran kredit.
Mengutip Reuters, manajemen Hertz telah menyetujui perusahaan mengajukan pernyataan kebangkrutan ke pengadilan di Delaware.
Selama ini pendapatan terbesar Hertz adalah dari penyewaan mobil di bandara. Namun akibat pandemi, bandara dan maskapai tidak beroperasi sehingga berdampak pada operasional rental.
Dengan cashflow yang macet, Hertz masih harus menyelesaikan utang US$ 19 miliar dan menanggung 38.000 pegawai di seluruh dunia.
Salah satu perusahaan mitra Hertz yakni Estero yang berbasis di Florida juga terdampak pandemi ini. Perusahaan tersebut juga telah melakukan pembicaraan dengan para kreditor untuk restrukturisasi kredit yang jatuh tempo pada bulan April 2020.
Hertz memang dalam kondisi sulit, nilai aset kendaraan yang mereka miliki terus merosot akibat pandemi. Walaupun begitu, perusahaan ini juga memiliki opsi untuk menjual 30.000 mobilnya dalam satu bulan untuk mendapatkan dana segar US$ 5 miliar.
CEO Hertz Paul Stone telah memberhentikan 10.000 pegawai akibat kondisi kritis ini. Selain itu utang yang sangat besar juga turut menekan kondisi perusahaan.
Stone menjelaskan Hertz saat ini juga memiliki kredit bank, obligasi yang berpotensi gagal bayar dengan kondisi seperti ini.
Namun dia yakin, Hertz tak akan bangkrut jika berhasil mendapatkan kredit atau bantuan keuangan dari pemerintah AS. Memang pemerintah AS juga mulai memberikan stimulus kepada perusahaan-perusahaan besar di negeri Paman Sam itu.
(kil/hns)