Sejak pandemi Corona hingga usai Lebaran harga pangan masiih menunjukkan peningkatan. Bahkan, beberapa di antaranya diprediksi sulit balik ke rata-rata harga normalnya dalam waktu dekat.
"Tiga komoditas (gula pasir, bawang merah dan daging) memang agak sulit turun. Di beberapa hari terakhir naik dan sampai detik ini daging-dagingan belum ada turun. Untuk gula pasir dan bawang merah juga sampai sekarang belum ada tren turun, masih Rp 17 ribu - Rp 19 ribu untuk gula pasir dan bawang merah masih di kisaran Rp 55 ribu - Rp 60 ribu," ungkap Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri kepada detikcom, Rabu (27/5/2020).
Lalu, apa yang seharusnya pemerintah lalukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut ?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Abdullah biang kerok melonjaknya harga pangan terjadi salah satunya karena kesimpangsiuran data antara kebutuhan dan stok yang ada. Dari tingkat kementerian dan lembaga (K/L) saja data yang disampaikan kerap kali berbeda apalagi dengan yang berada di bawahnya seperti kepada pedagang hingga petani.
Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat menyelesaikan masalah kesimpangsiuran data pangan ini demi mencegah permainan harga yang lebih fatal daripada yang terjadi belakangan ini.
"Itu sudah kita sampaikan sejak awal bahwa koordinasi antar kementerian, antar stake holder dengan petani serta pedagang, terutama soal pendataan itu belum maksimal, sehingga kita belum punya data real tentang kebutuhan pangan lebaran. Dan kita tidak punya data real pasokan yang kita miliki sehingga kita kalang kabut di situ," imbuhnya.
Simak Video "Video Prabowo: Saya Ingin Jadi Presiden yang Berhasil Turunkan Harga Pangan"
[Gambas:Video 20detik]