Pemerintah menargetkan swasembada garam pada 2021. Namun rencana tersebut tak mudah direalisasikan karena kebutuhan terhadap komoditas tersebut terus meningkat. Sementara tingkat produksi masih rendah.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin menjelaskan bahwa Menko Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan telah mencanangkan produksi garam nasional 3 juta ton per tahun. Namun ternyata kebutuhannya meningkat jadi 4,5 juta ton.
"Garam kan kita tahu dulu Pak Menko sudah mencanangkan, kita akan produksi 3 juta ton. Pada saat itu kebutuhan cuma 3 juta. Ternyata sekarang kebutuhannya 4,5 juta. Ini kan menarik," kata dia dalam konferensi pers virtual, Minggu (31/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, jika menggunakan target 3 juta ton maka sebenarnya Indonesia sudah dikatakan swasembada garam.
"Tahun ini kita sudah mencapai 3,5 juta ton. Jadi kalau kita bicara swasembada sebenarnya kita sudah swasembada, kita sudah capai target. Cuma kebutuhan meningkat," jelasnya.
"Kebutuhan kenapa meningkat? karena industri kita menggunakan, habis itu meningkat, sehingga apa yang terjadi? ada kebutuhan meningkat. Karena kebutuhan meningkat akhirnya kita belum bisa swasembada. Kami sekarang melihat ada kebutuhan 4,5 juta ton," lanjut dia.
Untuk meraih swasembada, menurutnya produksi garam perlu dipacu hingga 3 kali lipat dari yang saat ini 50-60 ton per hektare per tahun, menjadi 100-150 ton. Caranya dengan memodernisasi petani garam nasional.
"Kalau (cara) tradisional itu paling hasilnya sekitar 50-60 ton per hektare per tahun. Kalau kita bisa intensif dengan PT Garam itu bisa 100 sampai 150 ton per hektare. Kalau kita punya 30 ribu hektare dengan bisa intensif di atas 100 sampai 150 ton harusnya kita bisa swasembada," tambahnya.
(toy/eds)