Tangis Bos Perusahaan Raksasa AS atas Meninggalnya George Floyd

Tangis Bos Perusahaan Raksasa AS atas Meninggalnya George Floyd

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 03 Jun 2020 13:44 WIB
Mural George Floyd
Foto: Getty Images
Jakarta -

Ada empat CEO kulit hitam yang masuk dalam daftar Fortune 500 di Amerika Serikat (AS). Mereka menyesalkan kejadian meninggalnya George Floyd yang berujung kerusuhan.

CEO Tapestry Jide Zeitlin yang membawahi merek Kate Spade, Coach, dan Stuart Wietzman menyampaikan duka mendalam yang dia rasakan.

"Saya mencoba menulis surat ini. Namun selalu terhenti karena saya ingin menangis," tulis dia dalam akun Linkedln resminya, dikutip dari CNN, Rabu (3/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyampaikan jika toko-tokonya mengalami kerusakan akibat penjarahan yang terjadi.

"Kita dapat mengganti jendela dan toko yang rusak dan barang yang hilang. Tetapi kita tidak dapat membawa kembali George Floyd, Ahmaud Arbery, Breonna Taylor, Eric Garner, Trayvon Martin, Emmett Till dan yang lainnya. Kehidupan orang kulit hitam ini juga penting," kata dia.

ADVERTISEMENT

Zeitlin berupaya menggerakkan perubahan untuk menghilangkan ketidaksetaraan ini. Ia mengumpulkan orang dari berbagai latar belakang mulai dari hukum sampai bisnis untuk merumuskan rencana jangka panjang dalam mengatasi masalah ini.

"Kami harap bisa bergabung dengan pemerintah, namun peristiwa ini membuat kami tak bisa menunggu," jelas dia.

Zeitlin adalah seorang kulit hitam yang lahir dari ibu berkebangsaan Nigeria. Zeitline diadopsi oleh keluarga Amerika yang tinggal di Nigeria.

Selain Zeitlin, ada pula CEO Lowe Marvin Ellison yang menuliskan surat untuk rekan kerjanya. Dalam surat tersebut dia menceritakan perusahaan yang ia dirikan berkomitmen untuk menjadi rumah bagi para pegawainya dari latar belakang dan warna kulit apapun.

Berlanjut di halaman berikutnya.

Kemudian CEO Merck, Ken Frazier menyampaikan apa yang terjadi dengan Floyd sama sekali tidak berperikemanusiaan. Frazier tumbuh di pusat kota Philadelphia pada 1960 saat Martin Luther King, Jr memimpin protes kepada pemerintah.

Saat itu ia adalah satu dari sembilan siswa kulit hitam yang bisa bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang sepadan dengan warga kulit putih. Namun hingga saat ini masih ada celah yang harus ditambal dan diperbaiki.

CEO TIAA sebuah perusahaan yang mengelola dana pensiun Roger Ferguson mengungkapkan kemarahannya terkait insiden rasisme, kekerasan, dan kebrutalan polisi terhadap warga Afro-Amerika.

"Ini merupakan refleksi serius dalam krisis nasional," jelasnya.

Ayah Ferguson adalah seorang kartografer di Angkatan Darat AS. Dia menyebut keluarganya saat itu tidak memiliki uang banyak untuk berinvestasi dan banyak yang menjadikan hal tersebut bahan pergunjingan.

Ferguson menempuh pendidikan ekonomi di Harvard dan ia saat itu juga menjadi pembersih kamar mandi asrama. Pada 2008 ia menjadi CEO TIAA dan berhasil melewati krisis keuangan. Menurut dia selain masalah pandemi di tahun 2020 ini masalah perbedaan warna kulit juga menjadi hal yang krusial.

"Tak ada yang boleh melecehkan orang kulit hitam, mendiskriminasikan mereka. Di TIAA kami berkomitmen untuk menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut," jelas dia.



Simak Video "Video: Cakupan Penerima Makan Gratis Setelah 6 Bulan Diluncurkan "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads