Bahkan Bendahara Federal Josh Frydenberg memperingatkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) akan menyusut lagi pada April-Juni. Itu bisa menjadi kontraksi kedua yang terjadi berturut-turut terhadap ekonomi Australia.
Langkah lockdown telah menyebabkan terhentinya perekonomian yang terus tumbuh dalam 29 tahun terakhir di Australia. Kondisi ini juga akibat penguasaan China pada komoditas seperti bijih besi dan batubara, yang mendorong negara tersebut naik menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Meski mengalami resesi, Frydenberg mengatakan Australia telah berupaya mengambil langkah dan tindakan termasuk upaya stimulus ekonomi untuk menangani virus Corona.
Ekonom Capital Economics untuk Australia & Selandia Baru, Ben Udy memperkirakan PDB Australia akan anjlok sebesar 9% pada kuartal kedua.
"PDB turun sebelum pembatasan virus diberlakukan dan ini turun lebih tajam pada kuartal kedua sebelum meningkat secara bertahap pada paruh kedua tahun ini," tulis dia dalam catatannya, dilansir CNN, Kamis (4/6/2020).
Baca juga: Rupiah Pukul Dolar AS ke Rp 14.190 |
Dia mengatakan, penyebab utama turunnya PDB selama kuartal pertama karena konsumen mengurangi pengeluaran saat mereka mulai tak beraktivitas dan harus tinggal di rumah.
Dari perkiraannya, konsumsi akan anjlok hampir 20% di bawah tingkat pra-virus pada kuartal kedua. Itu karena rumah tangga tak lagi panik memborong makanan dan membatasi kegiatan rekreasi dan dibukanya layanan ritel kembali.
"Sementara di saat kenaikan harga bijih besi mendukung investasi pertambangan, perusahaan non-pertambangan secara signifikan justru mengurangi rencana investasi mereka," ucapnya.
(ang/ang)