25.000 Toko di AS Terancam Tutup Gegara Corona

25.000 Toko di AS Terancam Tutup Gegara Corona

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 10 Jun 2020 10:08 WIB
Sepanjang 2019 diprediksi akan ada 12.000 gerai ritel yang tutup di Amerika Serikat (AS) seperti dikutip dari CNBC. Berikut 10 merek di antaranya.
Ilustrasi/Foto: Istimewa
Jakarta -

Pandemi virus Corona diperkirakan akan menyebabkan 25.000 toko di Amerika Serikat tutup. Virus Corona yang telah memakan banyak korban telah berdampak pada sektor bisnis dan menyebabkan beberapa perusahaan masuk ke jurang kebangkrutan.

Menurut Coresight Research, dikutip dari CNBC, Rabu (10/6/2020), sebanyak 20.000 hingga 25.000 toko diproyeksi akan tutup 55% hingga 60% toko yang ada di berbagai mal AS. Jika benar terjadi angka tersebut akan menjadi rekor tertinggi dibandingkan 2019 yang tercatat hanya 9.300 toko yang tutup.

Sebelumnya Coresight Research memperkirakan akan ada 15.000 toko kan tutup selama 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejauh ini telah ada ritel yang mengumumkan kebangkrutannya di beberapa minggu terakhir ini. Di antaranya department store Neiman Marcus, Stage Store, J.C. Penney, dan J.Crew. Peritel tersebut telah mencoba membuka toko di beberapa lokasi, namun jika permintaan terus menurun kemungkinan peritel akan tutup kembali.

Hingga saat ini, Coresight mencatat ada 4.005 peritel yang tutup. Termasuk lebih dari 900 oleh toko dekorasi rumah Pier 1 Imports, sekitar 300 oleh toko kesehatan GNC, lebih dari 200 toko dari Victoria's Secret, Papyrus, dan Penney.

ADVERTISEMENT

"Kami berharap langkah untuk kembali ke kondisi normal sebelum pandemi dilakukan secara bertahap. Perusahaan akan meningkatkan kepercayaan konsumen serta berharap permintaan kembali normal dalam beberapa waktu ke depan," kata CEO Coresight, Deborah Weinswig.

"Kami akan bertahan dan berupaya memulihkan keadaan toko untuk menuju jalur pemulihan," tambahnya.

Dalam laporan terpisah eMarketer memperkirakan total penjualan ritel di AS akan turun lebih dari 10% pada 2020 dan akan sulit kembali ke kondisi normal hingga 2022 mendatang.

"Ini adalah pembekuan belanja konsumen paling tajam dalam beberapa dekade di AS," kata Analis Senior eMarketer Cindy Liu.




(eds/eds)

Hide Ads