"Yang kita khawatirkan adalah pembukaan pasar. Jadi memang masyarakat kita di pasar ini yang paling rentan terjadinya penularan. Puncak dari semua yang kita khawatirkan justru ada di pasar, bukan di rumah ibadah, bukan di perkantoran, bukan di mal tapi di pasar yang paling rawan," kata Riza melalui telekonferensi, Rabu (10/6/2020).
Untuk itu, pihaknya telah menyiapkan prosedur tetap (protap) di pasar seperti wajib memakai masker, disiapkan wastafel untuk cuci tangan, pemeriksaan suhu tubuh, hingga membatasi kapasitas pasar hanya boleh 50%.
"Sampai hari ini kita belum membuka pasar, nah yang nakal ini mohon maaf saudara-saudara kita pedagang kaki lima yang kurang memperhatikan dan memperdulikan inilah upaya kita untuk memberitahu sebaik mungkin," ucapnya.
Riza berharap walaupun sudah dibuka nanti masyarakat dapat menahan untuk bepergian ke pasar. Dia menyarankan agar masyarakat mau berbelanja secara online.
"Kami terus melakukan sosialisasi apabila bisa dilakukan dengan online, lakukan. Ibu-ibu ini rasanya kalau belanja nggak dipegang kurang resep katanya. Jadi apa-apa belanja harus dilihat, dipegang, kalau di online kurang. Inilah rasanya kita perlu edukasi sekarang, belanja itu bukan cuma kalengan tapi ikan, daging, sayuran, itu bisa dilakukan online," tegasnya.
Pasar disebut sebagai pusat penyebaran virus Corona juga dikatakan oleh Kepala Ombudsman RI Perwakilan Jakarta Raya, Teguh Nugroho. Untuk itu, dirinya minta kepada pemerintah untuk menerapkan protokol yang ketat dan jelas di pasar.
"Sekarang itu belum ada pengawasan yang dilakukan secara komprehensif oleh Pemprov DKI, juga pembuatan batas physical distancing yang ada di pasar. Ini menjadi catatan karena pasar sampai sekarang menjadi pusat penyebaran COVID-19 yang signifikan, bukan hanya di Jakarta tapi juga di daerah-daerah lain," sebutnya.
(ang/ang)