Sri Mulyani Anggap Corona Sebagai Perfect Storm, Maksudnya Apa?

Sri Mulyani Anggap Corona Sebagai Perfect Storm, Maksudnya Apa?

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 19 Jun 2020 10:17 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hadiri rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI. Sri Mulyani membahas kondisi ekonomi di tahun 2020.
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut virus Corona alias COVID-19 sebagai perfect storm atau badai yang sempurna dalam memporakpondakan perekonomian Indonesia.

Dalam beberapa bulan belakangan, Sri Mulyani menyebut seluruh sektor perekonomian nasional terdampak, terutama pada sosial, ekonomi, dan keuangan.

"Market bergejolak karena semua panik, saham merosot, SBN yield merosot, nilai tukar terguncang, semua jadi perfect storm bagi pengelola keuangan negara. Jadi COVID mempengaruhi sosial, ekonom, keuangan," kata Sri Mulyani saat menjadi pembicara kunci di hadapan PNS Kemenkeu dalam acara Townhall Meeting via virtual, Jumat (19/6/2020).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan Corona juga membuat laju pertumbuhan ekonomi dunia ke level negatif. Hal ini juga akan dialami oleh banyak negara termasuk Indonesia.

"Dampak ekonominya luar biasa, dengan COVID ada pembatasan sosial, ekonomi menurun, dunia disebutkan perekonomiannya negatif, kalau di negara maju, semua negara di kuartal II mengalami kontraksi, di beberapa negara sudah resesi, Inggris, Jerman, Jepang, Malaysia," jelasnya.

"Kita beruntung pada kuartal I bertahan di 2,97%. Namun kuartal II kita alami tekanan kemungkinan dalam kondisi negatif," tambahnya.


Corona yang dianggap sebagai badai juga karena membuat pemerintah harus merevisi beberapa kali APBN tahun anggaran 2020. Revisi pun dilakukan bersamaan pemerintah menyusun kebijakan penanggulangan penyebaran virus Corona.

Untuk menyeimbangi perubahan akibat COVID-19, pemerintah pun menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 untuk memiliki fleksibilitas dalam mengelola keuangan negara atau menyesuaikan perkembangan kasus penyebaran agar mitigasinya cepat dilakukan.

"Bagaimana risikonya dimitigasi dan mulai pikirkan pemulihannya, jadi kita kejar-kejaran dengan masalah dan memikirkan pemulihannya itu yang sedang dan terus dilakukan," ungkapnya.


Hide Ads