Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari beberapa lembaga internasional. Pada tahun 2020, seluruh proyeksi lembaga internasional rata-rata negatif. Namun bagaimana dengan proyeksi di 2021?
Pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi pada kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) tahun anggaran 2021 sebesar 4,5% sampai 5,5%.
"Kami coba sampaikan proyeksi indikator ekonomi yang akan ada di perhitungan nota keuangan RAPBN 2021," kata Sri Mulyani di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (22/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani bilang, pemerintah memasang angka pertumbuhan negatif 0,4% sampai 1,0% di 2020. Angka itu lebih rendah dari proyeksi awal yang negatif 0,4% sampai 2,3%. Pemerintah akan menggenjot ekonomi pada kuartal III dan IV agar sampai akhir tahun tetap tumbuh positif.
"Bersama Gubernur BI, kita akan mengawal agar momentum pemulihan di kuartal III dan kuartal IV bisa terealisir dengan beban moneter dan fiskal terjaga bersama. Ini diharapkan bisa timbul confidence untuk bisa melihat proyeksi 2021 di mana kami perkirakan pertumbuhannya 4,5-5,5%," katanya.
Proyeksi yang dipegang pemerintah sangat berbeda dengan lembaga internasional, seperti OECD yang berada di kisaran negatif 2,8% sampai negatif 3,9% di 2020. Sementara 2021, positif 2,6% sampai 5,2%. Sedangkan Bank Dunia (World Bank) 0% di 2020 dan positif 4,8% di 2021.
Baca juga: Ekonomi RI Minus di Kuartal II-2020 |
Selanjutnya ADB, kata Sri Mulyani memproyeksi ekonomi Indonesia di kisaran negatif 1%, untuk tahun depan positif 5,3%. Sementara IMF, memproyeksikan positif 0,5% di 2020 dan bisa tumbuh di atas 8% di 2021.
"IMF biasanya revisi pada Juli nanti, kita akan lihat bagaimana IMF proyeksi ekonomi tahun ini dan tahun depan kita. Konsensus Bloomberg tahun ini 0,5% dan tahun depan 5,5%," ungkapnya.
"Kalau dibandingkan proyeksi pemerintah di mana 2020 -0,4-1% dan 2021 4,5-5,5%, itu masih di dalam kisaran yang bisa dilihat perbandingannya. Karena kita semua tahu kondisi masih sangat tidak pasti maka kisaran proyeksi akan sangat bervariasi dari institusi ke institusi," tambahnya.
(hek/ara)