Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini hal itu bukan berarti tanda berakhirnya trend penguatan nilai tukar rupiah. Dia yakin rupiah masih bisa menguat lantaran nilainya masih di bawah nilai wajarnya atau undervalue.
"Nilai tukar rupiah masih undervalue, sehingga berpotensi untuk terus menguat dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya dalam rapat dengan Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (22/6/2020).
Perry melaporkan nilai tukar rupiah masih tercatat naik 3,26% secara point to point dan naik 5,65% secara rerata dibandingkan level Mei 2020. Hal itu disebabkan berbagai faktor positif termasuk aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan.
"Kami melihat juga berlanjutnya penguatan rupiah dengan tingginya imbal hasil aset keuangan domestik, membaik kepercayaan investor dan menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global," terangnya.
Potensi penguatan rupiah diyakininya juga didukung oleh masih rendahnya inflasi, penurunan defisit transaksi berjalan hingga membaiknya risiko di ekonomi global dan domestik.
BI memperkirakan dolar AS rata-rata di 2020 ini berada di kisaran Rp 14.000-14.600. Sementara untuk tahun depan diperkirakan membaik di kisaran Rp 13.700-14.300.
(das/dna)