Hal itu disampaikannya dalam rapat dengan Komisi XI yang membahas Asumsi dasar Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN tahun anggaran 2021 di gedung DPR, Jakarta, Senin (22/6/2020).
"Perbankan ini dari segi likuiditas nggak ada masalah, cukup kuat likuiditasnya. Bahkan kami sudah simulasikan kalau katakanlah perbankan ini dari segi CAR-nya," tuturnya.
Baca juga: Sri Mulyani cs Mulai Rapat Lagi di DPR |
OJK sendiri mencatat rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan RI saat ini memang turun 2% dari 22% menjadi 20%. Namun angka itu masih jauh dari batas daruratnya.
Wimboh meyakini hal itu lantaran melihat secara agregat. Meskipun dia mengakui jika ada beberapa bank yang juga tengah dalam kondisi yang tidak sehat.
"Kalau secara Indonesia sehat, tapi pasti ada lah yang kolesterolnya tinggi, gulanya tinggi. Tapi ini kita bicara agregat dari 110 bank saya kira agregatnya masih bagus," tegasnya.
Meski dari segi modal dan likuiditas perbankan RI masih baik, Wimboh melihat masih ada kendala dari sisi permintaan kredit. Perlambatan ekonomi akibat pembatasan sosial membuat permintaan kredit menurun.
"Permodalan nggak ada masalah,tapi demand-nya ada apa enggak? Di samping itu mal kalau masih ditutup orang tidak ada konsumsi, ini berarti kredit konsumsi tidak akan naik. Orang tidak bisa lalu lalang juga bagaimana bisa beli motor dan mobil," tutupnya.
(das/dna)