Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan alasan pemerintah meramal ekonomi Indonesia bisa minus hingga 3,8% pada kuartal II-2020 (Q2) ini. Salah satunya karena penerapan kebijakan sosial distancing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Penerapan PSBB memperlambat aktivitas ekonomi terutama di Jakarta yang menyumbang 18% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
"Kita saat ini melihatnya di Q2 itu akan minus 3,8% kurang lebih dan itu sangat dalam karena biasanya kita rata-rata 5%. Lihat Jakarta ini 18% termasukJabodetabek itu sangat besar peranannya," kata Febrio dalam diskusi virtual, Sabtu (27/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah sekarang yang jadi masalah adalah walaupun ini sudah dilonggarkan di Jakarta, (pertumbuhan ekonomi) Mei memang jadi titik yang terdalam, semoga Juni memang tidak akan lebih buruk daripada Mei," lanjutnya.
Selain Jakarta, beberapa provinsi lain di Indonesia seperti Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Sulawesi Selatan mulai menjadi epicentrum kasus COVID-19. Padahal ketiganya juga berperan cukup besar terhadap PDB RI.
"Lihat bahwa episentrum baru itu Jatim dan Jateng itu yang paling besar selama share GDB-nya. Jatim 15% dan Jateng 8,6%, Sulsel juga sebenarnya mulai menjadi episentrum baru, inilah yang jadi risiko ke depan. Walaupun Jakarta kita mulai melonggarkan PSBB, Jatim, Jateng, Sulsel akan menjadi tantangan baru sehingga aktivitas ekonomi juga akan cukup terhambat belum akan bisa normal," sambungnya.
Selain itu, ada juga faktor eksternal yang turut mempengaruhi mulai dari kekhawatiran gelombang kedua COVID-19 di China hingga kemelut yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Gejolak dari luar, kata Febrio bisa mempengaruhi ekspor impor RI.
"Nah ini salah satu indikator yang selalu kita lihat bagaimana beberapa negara seperti Tiongkok yang cukup relevan bagi kita karena kita mengekspor begitu banyak ke sana, dan kita mengimpor banyak dari mereka khususnya input barang modal. Lalu AS karena sangat besar, Uni Eropa juga sangat besar," tambahnya.
(eds/eds)