"MT II kita percepat 5,6 juta hektare (Ha), dan itu kita berharap bisa menghasilkan antara 12,5-15 juta ton beras, kurang lebih seperti itu," ungkap Syahrul dalam webinar Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju, Kamis (2/7/2020).
Syahrul menjelaskan, dari 7,4 juta Ha lahan sawah yang tersedia, pihaknya akan fokus pada percepatan MT II di 5,6 juta Ha.
"Dari 7,4 juta Ha lahan persawahan kita, ada 5,6 juta Ha yang irigasinya masih bagus, atau semi-semi irigasi teknis, kita sikapi seperti itu. Dan termasuk pada daerah-daerah yang memiliki dam, kita punya dam lebih dari 160 buah dan rata-rata masih di atas 48% yang masih terisi penuh," terang Syahrul.
Adapun lokasi andalan untuk MT II ini antara lain di Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Barat (Jabar), Sulawersi Selatan (Sulses), Sumatera Selatan (Sumsel), Lampung, Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Sumatera Utara (Sumut).
Ia menuturkan, stok beras dalam negeri yang masih tersedia per Juni 2020 ialah 7,49 juta ton. Dengan prediksi panen MT II tersebut, maka Syahrul memprediksi stok hingga akhir Desember 2020 ialah 22 juta ton.
"kalau ini ditambah maka hasilnya kurang lebih 22 juta ton. Dan kebutuhan makan kita sampai Desember itu di sekitar 15 juta ton," ujarnya.
Dengan angka kebutuhan itu, maka ia memprediksi masih stok beras untuk kebutuhan di Januari-Februari 2020 yakmi 5-6 juta ton.
"Oleh karena itu insyaallah, mudah-mudahan kalau prognosa ini tidak ada halangan seperti yang kita rencanakan maka akan terjadi carry over pangan kita khususnya beras, ini contohm akan ter carry over hampir 5-6 juta ton. Dan kita bisa masuk ke Februari, di mana ada MT I di 2021," tutup Syahrul.
(dna/dna)