Menurut penelitian dari Economic Policy Institute (EPI) 1 dari 10 orang Amerika Serikat (AS) yang kini menganggur imbas pandemi Corona (COVID-19) tak akan kembali ke pekerjaan lamanya. Ekonom Senior dan Direktur bidang kebijakan EPI Heidi Shierholz mengatakan 11% atau 17,6 juta orang AS yang menganggur diprediksi tak akan kembali ke pekerjaan lama karena kemungkinan perusahaan akan melakukan cuti dan pemutusan hubungan kerja (PHK) permanen.
"Sangat mungkin bahwa banyak pengangguran yang berharap dipanggil kembali ke pekerjaan mereka. Namun, kebijakan perusahaan diperkirakan akan melakukan kebijakan cuti dan PHK permanen," kata Shierholz. Dikutip dari CNBC, Jumat (3/7/2020).
Shierholz menegaskan secara keseluruhan tingkat pengangguran akan meningkat di AS. Pihak yang paling terdampak yakni kaum minoritas seperti orang kulit hitam dan perempuan. Selain itu, anak muda dan orang yang tingkat pendidikannya rendah juga akan terdampak kehilangan pekerjaan secara permanen.
Menurut Shierholz masalah ketenagakerjaan ini bisa teratasi jika Kongres AS bertindak dengan terus memberikan dukungan kepada individu, perusahaan, dan pemerintah daerah. Terutama meminta perusahaan maupun pelaku bisnis menjamin pekerjanya yang cuti maupun di-PHK dapat kembali bekerja ke pekerjaan lama mereka.
"Perlu ada permintaan ke perusahaan agar pekerja yang cuti dan di-PHK dapat dipanggil kembali. Jika tidak, AS akan menghadapi pengangguran yang sangat tinggi dan berkelanjutan," lanjut Shierholz.
Sebelumnya pemerintah AS telah menggelontorkan sejumlah bantuan melalui program kompensasi pengangguran pandemi Federal yang diatur Kongres UU CARES. Program itu meluncurkan bantuan senilai US$ 2,2 triliun setara Rp 31.900 (kurs Rp 14.400/dolar US) pada Maret lalu. Orang AS yang memenuhi syarat tunjangan pengangguran akan menerima bantuan mingguan sebesar US$ 600 (Rp 8,7 juta).
Namun, tunjangan tersebut akan berakhir akhir Juli ini. Sementara Partai Demokrat telah mendorong untuk memperpanjang tunjangan tersebut dengan mempertahankan US$ 600 per minggu untuk setiap orang. Selain itu Demokrat juga mengajukan bantuan berupa bonus lainnya untuk membantu pengangguran di AS.
Menurut Direktur bidang Penelitian EPI, Josh Bivens berakhirnya tunjangan pengangguran akan menyebabkan lebih banyak orang kehilangan pekerjaan dan keadaan ekonomi mereka yang semakin memburuk. Seperti pada resesi AS pada 1990 hingga 2000an.
Dia memprediksi memperpanjang tunjangan pengangguran hingga pertengahan tahun depan akan memberikan rata-rata Produk Domestik Bruto AS naik sebesar 3,7%.
(hns/hns)