Waduh, Maskapai Ini PHK 7.580 Pegawai

Waduh, Maskapai Ini PHK 7.580 Pegawai

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 04 Jul 2020 18:20 WIB
Airplanes are parked on the tarmac at the international airport of Orly, the day of its closure due to a drop in traffic, in Orly, south of Paris, Wednesday, April 1, 2020 as the government announced an extension of the initial 15-day home confinement period that came into force on March 17 in a bid to brake the spread of the Covid-19. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (AP Photo/Francois Mori)
Foto: AP/Francois Mori
Jakarta -

Maskapai penerbangan asal Prancis, Air France memangkas sekitar 7.580 pegawai. Angka ini termasuk pegawai di anak usaha yakni maskapai HOP!.

Mengutip Reuters pemangkasan pegawai ini terjadi karena pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19 yang terjadi di berbagai negara. Akibat pembatasan ini Air France merugi 15 juta euro per hari dan ini adalah kondisi yang paling buruk dibandingkan krisis yang pernah terjadi.

Pendapatan Air France juga tercatat anjlok hingga 95% selama beberapa bulan terakhir. Selain 7.500 pegawai, perseroan juga berencana untuk memangkas lagi sekitar 6.560 atau 16% pegawai pada akhir 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah Prancis sudah memberikan dana bantuan sebesar US$ 7,9 miliar untuk membantu maskapai ini. Menteri ekonomi Prancis Agnes Pannier - Runacher mengungkapkan reorganisasi tenaga kerja yang berhasil adalah ketika tidak ada penghentian paksa.

Air France menyatakan saat ini memprioritaskan pengunduran diri secara sukarela dan pensiun dini. Pada akhir Juli ini Grup Air France - KLM akan kembali melakukan perhitungan ulang.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya Air France dituntut oleh serikat pekerja karyawan untuk tidak memberhentikan karyawan karena telah mendapatkan bantuan dari negara.

Staf darat Air France Annick Blanchemin mengungkapkan maskapai melakukan langkah yang tidak tepat. "Ini memalukan, mereka mendapatkan 7 miliar euro tapi perusahaan melakukan PHK, dan menghancurkan pekerjaan kami," jelas dia.




(kil/fdl)

Hide Ads