Peternak sapi di Polewali Mandar, Sulawesi Barat mengeluhkan sepinya permintaan hewan kurban jelang Hari Raya Idul Adha. Peternak mengaku, menurunnya permintaan hewan kurban karena dampak dari pandemi virus Corona.
Seperti yang diakui Said (40 tahun), salah satu peternak sapi, asal Desa Campurjo, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar. Ia mengatakan sampai saat ini pesanan hewan kurban di peternakan miliknya jauh berkurang dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Said mampu menjual 30 ekor sapi. Tahun ini jumlah sapi yang dipesan warga belum mencapai setengahnya.
"Pesanan menjelang Hari Raya Idul Adha ini untuk saat ini agak berkurang dibandingkan tahun-tahun kemarin, karena disebabkan karena ada corona," katanya, Senin (6/7/2020).
Baca juga: Salurkan Hewan Kurban Lewat Online? Bisa Kok |
Sepinya pesanan hewan kurban di tengah pandemi ini, lanjutnya, dikarenakan menunggu kepastian pemerintah terkait penyelenggaraan kurban di hari raya.
"Masyarakat juga saling menunggu informasi apakah berkurban ini boleh dijalankan, kendati pesanan sudah mulai ada karena sudah mendekati Hari Raya Idul Adha, tetapi sangat berberda dengan tahun kemarin " ujar Said.
Meskipun permintaan sapi kurban sepi, tidak lantas membuat Said dan peternak lainnya di daerah ini menjadi kecewa. Perawatan ekstra jelang hari raya dilakukan, agar sapi tetap sehat saat dikurbankan nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk perawatan, kita di sini memberikan perawatan ekstra, mulai dari memberi makan, minum, kebersihan sapi harus dijaga, supaya bersih, sehat dan cocok untuk kurban," ungkapnya.
Selain pemberian pakan yang harus diperhatikan, setiap sapi yang akan dikurbankan harus rutin dimandikan dan diberi perapian saat malam hari,.
"Untuk jelang Idul Adha, sapi rutin dimandikan tidak seperti hari biasa, dimandikan dua kali dalam sehari, khususnya di pagi hari, kebiasaan rutin. Sapi juga diberi perapian berfungsi mengusir nyamuk, serangga yang mengganggu kenyamanan sapi, itu sangat berpengaruh, karena kalau tidak diberi perapian, sapi akan gelisah, sehingga kurus," terangnya.
Di tempat sama, Kepala Desa Campurjo, Usman Padong mengungkapkan, hingga saat ini jumlah surat keterangan pengantaran sapi kurban ke luar daerah yang diterbitkan pemerintah desa masih sangat sedikit, dibandingkan 2019.
"Kalau tahun lalu menurut data kemarin, di desa ada surat izin keluar, datanya sampai kurang lebih 80an (sapi), tetapi sampai kemarin ini, untuk tahun ini baru beberapa orang saja yang mengambil surat ijin pengantaran sapi keluar daerah," katanya.
Berdasarkan keterangan para peternak, sapi lokal berusia 2 tahun dengan bobot mencapai 100 kilogram, dijual seharga 15 juta rupiah per ekor, sedangkan sapi limosin berusia 2 tahun dengan bobot mencapai 250 kilogram dijual seharga 25 juta rupiah per ekor.
(ara/ara)