Colliers International di Indonesia melaporkan pusat perbelanjaan (mal) bakal terus mengalami penurunan okupansi karena terdampak COVID-19. Penurunan terjadi baik dari sisi keterisian ritel maupun pengunjung.
Lalu, kapan kira-kira mal bisa ramai lagi seperti biasanya?
Menurut Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto, tingkat hunian ritel mal di Jabodetabek bakal terus turun hingga akhir 2020 ini. Melihat kinerja tersebut, mal diyakini baru bisa pulih mulai 2021 mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemungkinan memang sektor mal ini baru recover terutama di Jakarta setelah tahun 2021 kalau kita lihat dari kinerja tingkat huniannya," kata Ferry dalam konferensi pers virtual, Rabu (8/7/2020).
Hal ini tentu berpengaruh terhadap penurunan tarif sewa ritel di mal. Meski begitu penurunannya diyakini tidak akan terlalu dalam. Pada kuartal II-2020 ini, harga sewa ritel di Jakarta mengalami penurunan dari rata-rata Rp 600 ribu per meter persegi per bulan menjadi Rp 550 ribu per meter persegi per bulan. Sampai akhir tahun, harga sewa ritel akan stagnan di bawah Rp 600 ribu per meter persegi per bulan.
"Dari tarif sewa masih stabil tidak banyak perubahan-perubahan dari harga asking, sekali lagi ini harga penawaran. Tapi kita lihat di sini banyak pengelola yang mulai menawarkan insentif sewa, jadi mereka untuk menarik penyewa itu ada beberapa insentif yang mereka tawarkan, misalnya penundaan pembayaran bayar sewa, pembebasan bayar sewa atau memberikan harga sewa yang lebih kompetitif," ungkapnya.
Menurutnya, pihak pengelola mal wajib memberi diskon harga sewa ritel kepada para penyewa demi bisa bertahan di tengah pandemi ini.
"Jadi itu hal yang dilakukan untuk mereka survive, supaya tenant mereka tidak lari di masa seperti ini, karena memang harus ada win-win solution antara tenant dan pengelola, mereka sama-sama membutuhkan dan mereka sama-sama dalam kondisi yang susah. Jadi memang harus saling ada pengertian antara 2 pelaku ritel ini," katanya.
(eds/eds)