Menjual Wisata Batik Laweyan

Menjual Wisata Batik Laweyan

Suhendra - detikFinance
Kamis, 26 Agu 2010 10:45 WIB
Menjual Wisata Batik Laweyan
Solo -

Kota Solo sudah sangat terkenal kerajinan batiknya. Disana terdapat dua kampung batik yang sudah puluhan tahun dikenal sebagai sentra batik yaitu Kauman dan Laweyan.

Perkembangan Laweyan sebagai sebuah sentra batik, tidak terlepas ditetapkannya Laweyan sebagai kampung batik sejak tahun 2005 lalu. Saat ini pun Laweyan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Menurut Gunawan Muh. Nizar, salah satu perajin pemilik batik Putra Laweyan, mengatakan sejak ditetapkan sebagai kampung batik, ada fenomena menarik di Laweyan. Yaitu banyak masyarakat berlomba-lomba membuka outlet-outlet termasuk memproduksi batik di kawasan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak mengherankan para pelaku bisnis batik termasuk penjual maupun perajin bertambah berlipat-lipat, layaknya jamur di musim hujan. Kondisi ini bisa menjadi hal yang positif namun juga bisa negatif.

"Jumlah pelaku usaha batik di Laweyan tahun 2005 dulu cuma 11-12 unit usaha, sekarang sudah ada 50-an," ujar Gunawan kepada detikFinance akhir pekan lalu.

Gunawan menuturkan pertambahan jumlah pebisnis batik ini bukan hanya terjadi ditingkat perajin, namun banyak juga yang hanya menjual batik saja alias menjadi pedagang. Para pedagang ini mendapatkan produk batik dari berbagai tempat lalu dijual di Laweyan.

"Kalau cuma pedagang nggak akan bisa bertahan. Saya prediksi yang bisa bertahan, yang punya ciri khas sendiri," ujar Gunawan.

Menurutnya ada 50-an pelaku batik di Laweyan, yang benar-benar menjadi perajin hanya kurang lebih 25 unit usaha, selebihnya adalah para pedagang yang mau mencoba 'memindahkan' pasar ke Laweyan.

"Saya sendiri sudah memulai usaha ini sejak 2004, sebelumnya masih ikut dengan orang tua," jelasnya.

Dikatakan Gunawan, agar bisa eksis menjadi perajin batik di Laweyan ia menerapkan konsep bukan hanya menjual batik, namun ia kembangkan outlet dan tempat produksinya menjadi satu.

Selain itu, rumahnya yang cukup luas, ia sulap menjadi tempat yang nyaman bagi pengunjung layaknya berada di sebuah cafe di perkampungan tua ala Laweyan. Walhasil, outlet dan tempat produksinya sering disambangi pejabat setingkat menteri termasuk artis-artis beken.

Dengan konsep ini, jika ada pengunjung, bisa langsung melihat proses pembuatan batik. Adanya proses kegiatan membatik ini juga menentukan pembeli untuk membeli batiknya.

"Selain jual batik saya juga jual suasananya," katanya.

Gunawan juga terus mengembangkan motif-motifnya agar tetap dilirik pelanggan. Cara ini sebagai jurus ampuh seorang perajin batik untuk mengembangkan produknya demi merespon pasar.

"Setiap minggunya saya bisa menghasilkan 2-3 motif baru dengan pewarnaan yang berbeda," katanya.

Dengan total karyawan langsungnya yang mencapai 25 orang, Gunawan kini berhasil bertahan sebagai perajin batik di Laweyan. Bahkan setiap tahunnya penjualan batik Putra Laweyan selalu naik hingga 50%, sayangnya ia nggan mengungkapkan omsetnya.

Di outletnya ia menjual berbagai batik mulai dari batik print, batik cetak, batik tulis, bahkan batik sutra tulis dengan harga jutaan. Harga termurah ia jual untuk kemeja batik print seharga Rp 100.000 sementara batik sutra hingga Rp 7-8 juta per potong.

Ia optimis sektor batik menjadi bisnis yang terus menjanjikan, dengan kemampuan nilai tambah hingga lebih dari 3 kali lipat. Sektor batik di Laweyan mampu menyerap tenaga kerja langsung dan tidak langsung, mulai dari perajin, tenaga konveksi, pedagang dan lain-lain dengan jumlah ribuan.

"Saya akui memang untuk tenaga pembatik terbatas, untuk pembatik tulis relatif masih ada renegerasi. Justru pembatik cap ini yang sulit, karena tidak semua orang bisa dengan presisi yang pas," katanya.

Batik Putra Laweyan

Jl. Sidoluhur No 6 Laweyan, Solo 57148
www.putra-laweyan.co.id


(hen/gst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads