Usaha kerajinan keramik milik Jatmiko ini mulai dibuka pada 2010. Pada awalnya usaha tersebut digeluti oleh Yanti, Istri Jatmiko yang mewarisi usaha keramik milik orang tuanya yang berada di Klampok, Banjarnegara. Dari warisan usaha keramik milik orang tua sang istri tersebut keduanya membuka tempat kerajinan keramik di wilayah Purbalingga dan terus mengembangkannya hingga sejumlah produsen teh memesan poci tempatnya tersebut.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah produsen minuman teh di Tegal seperti Teh Sosro, Dua Tang, Teh Gopek, Teh Tongji, kemudian pabrik teh di Cirebon Jabar Teh Hijau dan pabrik teh Gunung Subur di Solo yang memproduksi teh cap Kepala Djenggot memesan poci di tempatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Biasanya untuk pesanan poci, setiap pabrikan teh memiliki ciri khas tersendiri. Dia mencontohkan, untuk pabrik Teh Sosro misalnya, poci yang dibuat diberi label 'Poci'. Produsen Sosro cukup kreatif sehingga poci yang dibuat mengikuti perkembangan trend dan selera konsumen. Sosro juga meminta pesanan poci model Borobudur.
"Model Borobudur ini terlihat dari bentuk tutupnya yang dibuat seperti stupa candi Borobudur. Sementara untuk produsen teh lain, poci standar biasa, namun pengemasannya yang berbeda," kata Jatmiko yang menggeluti keramik bersama istrinya, Yanti.
Untuk mencukupi pesanan itu, Jatmiko bersama istrinya Yanti, saat ini memperkerjakan sekitar 80 orang. Mereka lebih banyak bekerja di pabrik utamanya keramik Usaha Karya di Klampok Banjarnegara. Sementara di pabrik Kajongan, Kecamatan Bojongsari yang menyatu dengan arena showroom hanya memperkerjakan beberapa karyawan.
"Untuk mengejar produksi poci, pencetakan dilakukan di pabrik Kajongan dan Klampok," tambahnya.
Harga satu set poci yang dijual ke pabrikan rata-rata Rp 25 ribu. Satu set terdiri dari satu buah poci lengkap beserta tutup, dan dua buah cangkir beserta tatakan serta tutupnya. Poci yang dibuat hanya dibakar sekali, namun kualitasnya jauh lebih bagus dibanding poci yang digunakan untuk pedagang teh poci di wilayah Tegal.
"Untuk bahan baku, kami ambilkan tanah yang berkualitas dari wilayah Karangsambung Kebumen," jelasnya.
Dari harga tersebut, produsen teh bisa menjual dua atau tiga kali lipatnya. Produsen mempercantik kemasan dan memberinya merek tersendiri.
"Kalau dari kami begitu selesai pembakaran setelah disortir langsung dikirim ke produsen dengan kemasan dus biasa. Oleh produsen kemasan dibuat bagus kembali sehingga menarik pembeli meski harganya sudah berlipat," katanya.
Selain poci untuk minuman teh, pesanan keramik yang mengalami peningkatan seperti guci ukuran besar. Rata-rata konsumen yang datang ke showroom-nya menyukai guci dengan hiasan tulisan kaligrafi. Dia mengaku tidak ingin mengecewakan pemesan sehingga membatasi pesanan.
"Untuk pembakaran keramik saja, untuk saat ini sementara kami hentikan karena banyaknya pesanan yang belum di-finishing. Jika ada pesanan lagi, kami janjikan setelah lebaran," ujarnya.
Berbagai keramik yang saat ini diproduksi di tempatnya adalah seperti vas bunga, guci, dan berbagai cindera mata dari keramik. Harga yang ditawarkan mulai yang termurah Rp 2.000 hingga termahal Rp 3 juta.
"Harga termahal biasanya berupa guci dengan aneka motif, sedang harga termurah untuk souvenir ringan," ungkapnya.
(arb/dnl)