Sepatu Boleh Tipis, Tapi Omzetnya Tebal Sampai Rp 200 Juta

Sepatu Boleh Tipis, Tapi Omzetnya Tebal Sampai Rp 200 Juta

MyOyeah - detikFinance
Selasa, 04 Feb 2014 07:34 WIB
Sepatu Boleh Tipis, Tapi Omzetnya Tebal Sampai Rp 200 Juta
Jakarta - Sosok Agung Ruswiandoyo (35) merupakan anak muda yang konsisten dan punya keyakinan untuk menjadi seorang wirausahawan. Ia memulai usahanya dari bisnis merchandise band di Bandung pada 2004. Ia memulai usaha merchandise dengan mengusung brand Panzer Division, kemudian berganti nama jadi Osculum di 2008.

Namun banyaknya pemain baru di bisnis ini, membuat persaingan semakin ketat dan prospek bisnis ini menurun. Agung kemudian banting setir menjadi pengusaha sepatu wanita pada 2011 dengan brand Moda Shoes. Sepatu ini dibuat dengan desain dan bahan ekslusif dengan mengincar konsumen kelas menengah ke atas.

Pemasaran Moda Shoes hanya dilakukan di distro premium di Jakarta dan Bali, mengincar konsumen yang memang pas dengan segmen Moda. Sayang harapannya untu meraih sukses dengan brand Moda seperti bertepuk sebelah tangan. Sebagai pemain baru tak mudah bagi Moda untuk bersaing dengan brand-brand yang sudah mapan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah tujuh tahun bergelut di bisnis fashion—merchandise band dan sepatu, pada awal 2012 Agung berpindah haluan pada bisnis yang selama ini belum pernah dia jalani yaitu bisnis kuliner. Ia kemudian menggandeng teman baiknya, Revi Setyadi (36), untuk berjualan produk kuliner lewat ajang pameran.

Tapi ternyata usaha kuliner tidak semudah yang ia bayangkan. Biaya sewa booth yang lumayan mahal seringkali membuat mereka sulit mengejar untung. Bahkan kadang-kadang mereka harus buntung, karena modal pun kadang tidak bisa kembali 100%.

Mereka berdua kemudian menyerah berbisnis di bidang kuliner. Saat itu mereka mengamati apa yang sedang tren di kalangan anak muda. Dari pengamatan itu muncul satu brand sepatu yang sedang naik daun dan banyak dibuat produk KW alias tiruannya.

"Saya lihat produk KW-nya saja Rp 120 ribu. Kalau saya membuat produk sejenis dengan harga lebih rendah harusnya laku,” kata Agung.

Ia pun kemudian menghitung uang sisa tabungan dan segera menghubungi Revi. Dari uang patungan berdua terkumpul Rp 4 juta. Mereka kemudian memesan sepatu flat, model yang sedang naik daun, dengan modal Rp 4 juta dan jadilah 70 pasang sepatu.

Mereka memutuskan Flats sebagai nama brand mereka karena tak mau pusing-pusing mencari nama merek. Jenis sepatu ini akhirnya mereka jadikan nama brand, karena mudah disebut dan diingat.

Selain itu, mereka juga menitipkan sepatu-sepatu tersebut ke temannya yang berjualan DVD di Dalam Kaum, Bandung karena bingung belum memiliki jaringan pemasaran. Dua minggu kemudian ketika mereka kembali untuk mengecek barang dagangannya ternyata sepatu buatan mereka sudah ludes terjual.

Hal tersebut memantik semangat mereka untuk lebih serius menjalankan bisnis ini. Hasil penjualan dan keuntungan langsung mereka gunakan untuk membuat sepatu flat dan produksinya menanjak menjadi 200 pasang.

Dengan produksi yang lebih banyak, mereka kemudian menghubungi teman-teman mereka yang berjualan di kaki lima. Selain di Dalam Kaum, Agung dan Revi menitipkan produk Flats di Cihampelas dan Taman Sari. Selain strategis, tempat itu juga jadi area nongkrong para mahasiswa yang menjadi target market mereka.

Pilihan mereka terbukti jitu. Dalam waktu seminggu produksi kedua tersebut ludes terjual. Mereka pun semakin bersemangat dalam mengembangkan produk ini.

Modal dan keuntungan lagi-lagi digunakan semua untuk menggandakan produksi dan bisa berlipat dua kali. Lagi-lagi produk mereka terjual dalam waktu yang relatif singkat, hanya dalam hitungan minggu.

Pada bulan kedua rezeki menghampiri mereka. Di saat bisnis mulai menanjak dan mereka bersiap untuk mencari modal tambahan, ada seorang teman yang ingin menanamkan modal dan disambut baik oleh Agung dan Revi.

"Jadi waktu itu dia yang menghubungi dan ingin menanamkan modal. Dia sudah lihat kalau bisnis ini prospeknya bagus," kata Agung.

Dari suntikan dana Rp 30 juta dan keuntungan yang sudah didapat pada bulan kedua mereka sudah berhasil meningkatkan produksi menjadi 2 ribu pasang sepatu.

Bisnis sepatu flat yang dimulai pada 2012 dengan modal terbatas ini sekarang terus membesar dengan omzet yang sangat tebal. Dengan produksi 1.000 pasang sepatu perminggu omzet usaha Agung-Revi berkisar Rp 180 juta-Rp 210 juta per bulan.

Usaha sepatu yang awalnya memesan sepatu ke orang lain ini sekarang sudah bisa memberdayakan orang lain. Jumlah karyawan mereka sekarang mencapai 25 orang. Tidak hanya kebanjiran order sepatu Flat dari Bandung, Jakarta, Surabaya, Jogja dan Bali, mereka berdua juga kebanjiran order dari brand sepatu lain yang jumlahnya tak sedikit.

Duo alumni Administrasi Negara Universitas Padjajaran ini selain mengandalkan jaringan pedagang kaki lima untuk memasarkan produknya juga sering bergerilya sendiri untuk menjual sepatu mereka.

Car free day di Bandung salah satu langganan mereka untuk menggelar dagangan dan itu mereka lakukan sendiri. “Bertemu langsung dengan konsumen adalah salah satu cara terbaik untuk belajar dan mengembangkan bisnis,” tambah Agung.

Salah satu sukses besar mereka dapat di acara JakCloth 2013 yang berhasil menjual 1.500 pasang sepatu dalam waktu empat hari. Strategi direct selling tanpa toko ini masih akan digunakan oleh mereka berdua untuk menjual produk Flats. Dan sejak tiga bulan terakhir mereka mencoba peruntungan dengan menjual produk tas dan kaos.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads