DO dari Kampus di Singapura, Ray Sukses Jadi Tukang Risoles

DO dari Kampus di Singapura, Ray Sukses Jadi Tukang Risoles

- detikFinance
Kamis, 06 Mar 2014 09:48 WIB
DO dari Kampus di Singapura, Ray Sukses Jadi Tukang Risoles
Jakarta -

Pernah lihat risoles warna-warni? Jika ya, bisa jadi itu adalah produk Risoles Melepuh. Risoles selama ini memang identik sebagai makanan berwarna coklat terang, warna khas gorengan. Namun, Ray Roemano punya ide nyentrik dengan membuat risoles warna-warni.

Usaha risoles Ray terbilang tanpa rencana dan tak terduga. Awal usahanya dimulai pada awal Maret 2011. Waktu itu ada pameran fesyen di Bandung.
 
Seorang teman mengajak Ray untuk membuka booth di pamerah tersebut. Tapi dia bukan mengajak Ray untuk menjual produk fesyen, tapi makanan. Di pameran fesyen pun biasanya ada booth makanan dan biasanya laku, karena pengunjung ramai.

Dia pun kemudian menyetujui ide tersebut, meski persiapannya sangat mepet yaitu hanya dua hari sebelum pameran dibuka. Dia ingat bahwa dia memiliki resep risoles keluarga. Dia pun kemudian memodifikasi resep tersebut dan menyiapkan bahan untuk membuat risoles.

“Repot sekali waktu itu persiapannya, karena waktunya mepet. Apalagi bahannya harus disiapkan 24 jam sebelumnya, karena harus dibekukan dulu kan. Ya sudah saya tidak sempat mencicipi rasanya dan pas pintu pameran dibuka itu saya baru selesai menggoreng,” kenang Ray dikutip dari myoyeah, Kamis (6/3/2014)
 
Berhubung pengunjung sudah mulai masuk ruang pameran dan dia belum sempat mencicipi risoles buatannya, maka dia nekat mencoba makan risolesnya meski belum lama diangkat.

Hasilnya? Lidahnya melepuh, karena kepanasan. Saat dia teriak kepanasan itulah teman-temannya justru tertawa dan meledek lidahnya melepuh. Dari kejadian itulah nama Risoles melepuh muncul.
 
Pameran pertamanya ternyata meleset dari harapan. Dalam tiga hari di hanya menjual 30 potong risoles. Waktu itu dia membuat 90 potong. Akhirnya 60 sisanya dibagi-bagikan kepada teman-temannya. Tapi dia tak merasa rugi juga, karena modalnya waktu itu hanya Rp 200 ribu, itu pun pemberian dari orang tuanya.

Cowok yang pernah mendapat beasiswa kuliah di Singapura tapi drop out (DO) ini tak patah arang. Dari situ dia justru tertantang untuk mengembangkan usahanya ini. Dia kemudian membuka gerai di Jalan Ambon. Hasilnya? Masih mengecewakan.

“Pas awal buka kadang gak laku sama sekali, kadang hanya laku satu potong,” kenang Ray.
 
Beruntung masih ada teman-teman yang perhatian pada usahanya, sehingga mereka memesan risoles Ray dan pada minggu pertama terjual 100 potong. Hal inilah yang membuat semangat Ray menyala. Dia pun kemudian memperbaiki kualitas produknya. Salah satunya adalah memperbanyak varian rasa dengan warna yang berbeda. Sekarang ini terdapat delapan warna produk Risoles Melepuh.

Mengapa Ray membuat risoles warna-warni? “Produk saya berbeda, mencolok dan aneh. Kalau lidah, otak dan mata itu merasakan sesuatu yang aneh, maka akan timbul dua hal yaitu penasaran atau tidak suka. Ada yang tidak suka, tapi banyak juga yang penasaran,” kata Ray.
 
Dan strategi itu ternyata berhasil. Banyak orang penasaran, bertanya dan akhirnya membeli. Pertanyaan apakah pewarna risolesnya dari bahan tekstil adalah pertanyaan yang terus berulang bahkan hingga sekarang. Tapi Ray tak lelah menjelaskan bahwa pewarna risolesnya adalah pewarna alami. Setelah mendapat penjelasan tersebut biasanya orang lalu beli.

Penjualan risoles buatan Ray perlahan tapi pasti terus meningkat. Dari bekerja seorang diri mulai dari produksi hingga distribusi, Ray sekarang sudah memiliki 10 orang karyawan.

Penjualannya juga terus melesat. Dari hanya beberapa biji perhari, sekarang ini produksinya mencapai 8.000 potong per bulan. Dengan penjualan Rp 8.000/ potong, omzet Risoles Melepuh bisa dipastikan sangat gurih. Ray sendiri tak mau menyebutkan angka pastinya. “Ya, di atas Rp 50 juta lah," katanya.

Ray berharap Risoles melepuh bakal tarus berkembang dan momentum itu sekarang sudah digenggamnya. Risoles buatannya tidak hanya dipasarkan di Bandung, tapi juga sudah dipasarkan di Tangerang dan Jakarta lewat jaringan supplier-nya. Dia berharap jaringan supplier-nya akan terus bertambah dan risolesnya bisa melelehkan semakin banyak hati konsumennya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(hen/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads