Ismoyo sudah menekuni bisnis ini puluhan tahun lalu. Dengan kesabarannya ia dibantu para perajin dan ahli pembuat relief di Jepara membuat dan mengukir relief dengan sabar.
"Harus butuh kesabaran, ketelitian dan kecermatan saat membuat relief dari kayu jati ini. Maka tidak jarang sekarang sulit untuk menemukan ahli relief," kata Ismoyo kepada detikFinance saat ditemui di JIE Kemayoran Jakarta, Rabu (12/03/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini relief yang paling besar yang sudah kita buat dengan panjang 250 meter, lebar 10 cm dan tinggi 75 cm relief ini mengisahkan epos Ramayana yaitu kisah Dewi Shinta yang diculik Rama kemudian terjadi perang," tuturnya.
Untuk membuat relief ini, Ismoyo membutuhkan waktu 4 bulan tanpa henti. Ia mengaku membuat relief ini dengan tangannya tanpa cetakan. Di dalam pergelaran International Furniture Expo (IFEX) 2014, Ismoyo akan melepas karyanya ini dengan harga Rp 60 juta.
"Ini adalah sample yang saya lepas dengan harga Rp 60 juta dan diberikan diskon 15%," katanya.
Selain relief Ramayana, ia juga menjual relief Relung Jepara dengan harga Rp 45 juta dan relief Tembok China seharga Rp 29 juta. Omset pendapatannya ditafsir mencapai ratusan juta rupiah per bulan. Hingga saat ini ia mengaku masih menjual produknya di dalam negeri karena banyaknya permintaan baik dari seniman, penikmat sejarah maupun pejabat.
Sementara itu, karena uniknya karya yang dibuat Ismoyo beberapa calon pembeli dari negara lain mulai melirik dan memesan. Ismoyo mengaku banyak calon pembeli dari China dan Rusia yang menginginkan karyanya dan membeli dengan jumlah yang besar.
"Sudah mulai dilirik dan mulai dipesan oleh calon pembeli China dan Rusia. Nanti relief tergantung pesanan mau model dan cerita apa," jelasnya.
(wij/ang)