Tinggalkan Maicih, Wanita Ini Untung Besar dari Jual Keripik Sendiri

Tinggalkan Maicih, Wanita Ini Untung Besar dari Jual Keripik Sendiri

- detikFinance
Rabu, 19 Mar 2014 17:31 WIB
Jakarta - Tris Wahyuni harus memutar otak agar dapat membiayai kebutuhan hidup bagi kedua anaknya yang saat ini berusia 15 tahun dan 9 tahun. Sebagai orang tua tunggal, Tris berani memulai bisnis makanan dari pengalamannya sebagai agen produk makanan Maicih.

Setelah beberapa tahun bekerja sebagai salah satu pegawai di bagian keuangan di sebuah kontraktor bangunan, Tris mulai beralih menjadi seorang agen penjual makanan Maicih.

"Kebetulan pada 2011 lalu nama keripik Maicih sedang booming sekali, saya ditawari menjadi salah satu agennya. Dalam sebulan saya bisa menjual 500-700 bungkus keripik Maicih," ucap Aties panggilan akrab Tris saat ditemui di Gelar Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian 2014 di Kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, Rabu (19/3/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesuai perkembangan waktu, ketenaran keripik berlogo wanita tua tersebut mulai menurun. Kondisi ini berdampak pada penjualan keripik Maicih yang untung per bungkusnya hanya Rp 200 per bungkus. Ia berkreasi dengan membuat keripik sendiri dari slondok atau keripik ubi.

"Karena makin turun penjualan keripiknya, saya berpikir buat keripik sendiri, jual sendiri. Namun keripik singkong orang mungkin akan bosan, saya kepikiran slondok, slondok sendiri merupakan camilan saya tiap hari. Saya modifikasi slondok tapi bumbunya seperti bumbu maicih," kata wanita warga Bandung ini.

Pada 2012, Etis memulai memasarkan keripik slondok dengan jaringannya selama ini, dari media sosial, teman-teman dan lainnya.

"Karena keripik slondok ini baru, dengan merek Srikandi, sebulan rata-rata terjual 900 bungkus per bulan, tetapi dibandingkan jual maicih dulu 500-700 bungkus sekarang bisa 900 bungkus per bulan, apalagi ini buat sendiri," ucapnya.

Etis mengungkapkan, agar slondoknya tersebut tetap disukai para pelanggannya, bumbu yang ia gunakan murni dari bahan alami dan bukan dari perasa makanan.

"Cabainya saya tumbuk sendiri, daun jeruknya juga bukan perasa makanan jadi murni daun jeruk ditumbuk dan bumbu-bumbu yang bebas MSG," ungkapnya.

Kini Aties bisa meraup keuntungan hingga 75% dari menjual produk sendiri. Produknya dijual dengan rentang Rp 10.000-Rp 15.000 per bungkus, dan mampu menjual 900 bungkus per bulan.

"Saya juga buat bungkusan kecil yang dititipkan di toko-toko seperti di toko dekat stasiun, pangkalan ojeg dan bungkusan kecil ini agar pembeli bisa makan langsung habis. Ini juga akan saya kembangkan agar ada di setiap minimarket," tutupnya.

Aties membuka kerjasama bagi pihak lain yang ingin menjual kembali produknya (reseller). Alamat : Kota Baru No 11, Bandung, email: atiestora@ymail.com

(rrd/hen)

Hide Ads