Di Tangan Sarjana Ekonomi Ini, Bonggol Bambu Bisa Datangkan Rp 40 Juta/Bulan

Di Tangan Sarjana Ekonomi Ini, Bonggol Bambu Bisa Datangkan Rp 40 Juta/Bulan

- detikFinance
Rabu, 02 Apr 2014 07:20 WIB
Jakarta - Di Klaten, Jawa Tengah terdapat bermacam industri kecil kerajinan tangan. Salah satunya adalah kerajinan limbah akar bambu yang bisa dibentuk beraneka ragam kerajinan tangan, khususnya bebek.

Salah satu perajin yang sudah lebih dari 10 tahun menggeluti usaha ini adalah Warsito (40). Sarjana ekonomi dari sebuah perguruan tinggi di Jogja ini memulai usaha kerajinan bambu pada 2002. Setelah lulus dari kampusnya, dia ingin bekerja sesuai dengan minat dirinya.

Sejak lama dia memang menyukai dunia seni seperti seni lukis dan seni pahat. Sebelum kuliah di jurusan manajemen, sebenarnya dia ingin masuk di Institut Seni Indonesia, meskipun akhirnya kandas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski tak jadi kuliah di institusi seni, tapi kegemarannya pada bidang seni tak pupus. Di sela kuliah dia tetap meluangkan waktunya untuk melukis dan kadang membuat patung.

Setelah lulus akhirnya dia memutuskan menggeluti usaha kerajinan tangan dari bambu. Dia berpikir ilmu manajemen pemasaran yang dia dapat di kampus tetap bisa dia gunakan dalam memasarkan kerajinannya.
 
Awalnya dia membuat perabot dari bambu ori seperti meja, kursi hingga lemari. Harga jual kerajinan ini lumayan tinggi, sayang perputaran barangnya cukup lama. Bahan bakunya pun tidak selalu bisa didapat. Untuk mendapatkan perabot yang unik, bahan bambunya pun harus berbentuk unik agar nilai seninya terlihat.

Kesulitan bahan tersebut akhirnya membuat Warsito berpikir ulang untuk membuat kerajinan yang bahan bakunya lebih mudah didapat dan kalau bisa lebih murah.

Ketika sedang berpikir itulah dia melihat kentongan di rumah tetangganya yang terbuat dari akar bambu. Dia pun kemudian memutuskan untuk mencari bahan bakunya dan membuat kerajinan dari bahan akar bambu.

Awalnya dia sempat membuat kentongan, tapi ketika melihat bonggol akar bambu yang berdiri di pojok rumah, dia melihat bentuknya seperti bebek. Dicoba lah dan ternyata lengkungan akar bambu tersebut memang bentuknya mirip badan bebek. Tinggal menambahkan kaki dan kepala dari kayu, jadilah kerajinan bebek dari akar bambu.

Tak puas dengan kerajinan bebek, dia juga membuat kerajinan bentuk lain dari akar bambu mulai dari kuda, angsa, bangau, babi hingga wajah manusia. Pesanan pun rutin mengalir di bengkelnya. Warsito biasanya menerima pesanan eksportir dari Yogya, Solo hingga Bali. Untuk memenuhi pesanan tersebut dia dibantu empat orang karyawan. Tapi kadang dia menggunakan tenaga lepasan jika pesanannya sedang banyak.

Soal omzet, dia mengaku tidak sama setiap bulannya. “Tidak sama tiap bulan. Sebab, jumlah pesanan tiap bulan tidak selalu sama dan beda ukuran juga berbeda harga. Bebek non-finishing misalnya Rp 15 ribu harganya. Tapi kalau finishing plus diberi sepatu bisa sampai Rp 25 ribu. Kalau pas ramai ya lumayan besar, sebulan bisa Rp 40 juta,” katanya.

Saat ini dirinya juga sedang mencoba memanfaatkan blog untuk promosi produk kerajinannya. Cara ini dia gunakan untuk melengkapi pemasaran konvensional yang selama ini sudah dia lakukan.

Warsito berbagi rahasia tentang awetnya usaha yang dilakoni tersebut. Pertama, usaha ini sesuai dengan minat di bidang seni. Kedua adalah kontrol kualitas barang. Dia selalu mengutamakan kualitas barang yang akan dikirim. Jika barang tersebut kurang memenuhi standar mutu, maka barang tersebut akan coba diperbaiki. Tapi kalau memang tidak bisa diperbaiki, maka dia akan mengganti dengan produk baru.

“Dikontrol ketat saja kadang masih saja ada komplain dari pelanggan,” katanya. Kontrol kualitas inilah yang membuat banyak pelanggan setia kepada kerajinan buatannya.

“Kadang ada pelanggan komplain harganya kok lebih mahal dari perajin lain. Tapi ketika dia mendapat harga lebih murah tapi kualitas menurun, akhirnya dia kembali pesan ke saya lagi,” tutupnya.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads