'Sulap' Bambu Jadi Sepatu, Pria Ini Raup Rp 250 Juta/Bulan

'Sulap' Bambu Jadi Sepatu, Pria Ini Raup Rp 250 Juta/Bulan

- detikFinance
Jumat, 23 Mei 2014 14:29 WIB
Bandung - Inovasi, menjadi prinsip dasar pengusaha sepatu bernama Taufiq Rahman. Pria yang tinggal di Bandung, Jawa Barat ini membuat sepatu dengan bahan baku yang tak biasa.

Sepatu berbahan baku kulit, kanvas atau katun sudah biasa, namun Taufiq membuat inovasi membuat sepatu dari bahan baku pohon bambu. Meski dari bambu, produk sepatunya bukan bentangan bambu panjang yang dipotong, melainkan serat bambu yang dipintal menjadi benang.

Idenya berawal pada 2013 lalu, ia berpikir untuk membuat sepatu berbahan serat bambu. Sebelum terjun ke bisnis ini, ia sempat memproduksi ribuan pasang kaus kaki berbahan sama setiap bulannya. Namun produk kaus kaki jenis sudah banyak diproduksi produsen-produsen lain di Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akhirnya saya bikin sepatu, saya dan akhirnya jadi sepatu. Baru saya pasarkan secara resmi saat Indonesia Fashion week, lalu Inacraft. Terakhir Indo Leather and Footwear," kata Taufiq ditemui detikFinance saat mengikuti Pameran Produksi Indonesia di Harris Convention Center, Festival City Link, Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/5/2014)

Taufiq tahu betul bagaimana cara mengembangkan bisnisnya meski baru berjalan beberapa tahun. Strategi pemasarannya dengan rajin mengikuti pameran. Dengan kegigihan Taufiq, produknya berhasil mendapat tempat di hati konsumen dalam dan luar negeri.

"Itu dari India, Amerika, Itali. Mereka takjub," paparnya.

Respons pasar yang makin positif, membuat dirinya semakin percaya diri (pede) untuk meningkatkan produksi. Dalam sebulan Taufiq mampu memproduksi 500 pasang sepatu serat bambu yang diberi merek Parker, sama dengan produk kaus kakinya.

Rata-rata sebanyak 400 pasang sepatu laku terjual dalam sebulan. "Saya yakin tahun depan ini akan meledak," kata Ketua Umum Asosiasi Perajin Alas Kaki Indonesia ini.

Taufiq membanderol sepatunya dengan harga premium karena produksinya belum skala besar. Ia membanderol sepatunya dengan harga Rp 800 ribu per pasang.

"Kalau sudah produksi massal akan jauh lebih murah harganya, bisa sampai di bawah Rp 500 ribu," kata Taufiq yang juga anggota Komunitas Bambu Nusantara.

Banyak nilai jual dan keunggulan yang ditawarkannya dari sepatu berbahan serat bambu ini. Pertama menurutnya, sepatu ini memiliki zat yang bisa membunuh bakteri, jamur sehingga tidak menimbulkan bau. Selain itu, daya serap dari sepatu ini 3,5 kali lipat lebih besar dibanding sepatu berbahan katun.

"Tidak menimbulkan alergi dan dia hangat ketika musim hujan," tambahnya.

Selain itu, hal menarik dari sepatu ini adalah proses pembuatannya yang berbeda dengan produk lain. Serat bambu dipintal menjadi benang, lalu dicelup dan kemudian dirajut sesuai corak yang diinginkan. Barulah bagian tersebut diproses dan digabungkan dengan bagian bawah.

"Saya akan mengembangkan yang corak seperti gedung sate, monas, atau lainnya," katanya.

Pendapatan yang ia kantongi per bulan dari bisnis sepatu bambu diperkirakan mencapai Rp 250 juta, dengan rata-rata sepatunya dijual Rp 600-700 ribu per pasang.

Bahan baku serat bambunya masih diimpor, kebanyakan dari Tiongkok. Belum ada perusahaan di Indonesia yang memproduksi serat bambu. Padahal, pohon bambu melimpah ruah dari Sabang sampai Merauke, dan bisa ditanam di mana saja tanpa dipengaruhi musim tertentu.

Ia berharap ada solusi untuk hal ini, sehingga bahan bakunya tak perlu diimpor, karena dia yakin serat bambu bisa menjadi alternatif pengganti bahan katun atau kulit.

"Bagaimana agar pemerintah mendorong agar ada satu industri yang membuat serat bambu. Bambu lahan luas, kapan saja bisa tanam, karena tak butuh musim dan lahan khusus," jelasnya.

Workshop Parker, Sepatu Bambu

Jalan Sanggar Hurip Kencana VI No. 14-16A, Bandung, Jawa Barat

(zul/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads