Belajar dari Bahlil, Jadi Pengusaha Tak Harus dari Turunan

d'Preneur Spesial Surabaya

Belajar dari Bahlil, Jadi Pengusaha Tak Harus dari Turunan

Suhendra - detikFinance
Kamis, 04 Jun 2015 09:25 WIB
Belajar dari Bahlil, Jadi Pengusaha Tak Harus dari Turunan
Jakarta - Di antara kalangan pengusaha ada istilah pengusaha yang berlatar belakang dari keturunan alias 'nasab', para pengusaha semacam ini relatif banyak karena ditopang dari orang tuanya termasuk kemudahan fasilitas. Namun ada juga pengusaha yang berlatar belakang 'nasib' alias jadi pengusaha dari titik nol dengan upaya keras.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2015-2018 Bahlil Lahadalia banyak terinspirasi dari sang ayah untuk jadi pengusaha sukses dari titik nol. Sang ayah yang hanya buruh bangunan mengajarkan soal kerja keras dan prinsip tak mudah menyerah.

"Ayah saya tidak sekolah, dalam keadaan sakit pun dia bekerja untuk menghidupi kami," kenang Bahlil.

Menurut Bahlil, kunci sukses dirinya sebagai pengusaha adalah gabungan dari berbagai sikap, keputusan, dan semangat. Modal uang hanya nomor ke sekian untuk menjadi pengusaha sukses.

"Pertama gagasan yang cerdas, jaringan yang baik. Dan harus kerja keras yang kuat. Tentang modal uang segala macam, kalau punya modal itu keluar dengan sendirinya," kata Bahlil, yang pernah menjadi kondektur dan sopir angkot ini.

Selain itu, karakter dasar atau sifat seseorang pun bisa menjadi modal untuk sukses. Ia termasuk yang suka spekulasi dan suka mengambil tantangan besar.

Bahlil menyebutkan, seorang pengusaha sejati tak hanya melulu berpikir sukses, namun harus juga siap dengan kegagalan. Kegagalan bagi seorang pengusaha menjadi wajib agar bisa belajar dan lebih baik.

Ia pernah gagal di investasi pertambangan, pesannya adalah jangan jadi pengusaha kalau takut gagal dan jangan hanya berharap untung. Menurutnya tak ada orang hebat langsung jadi sukses.

Contoh kegagalan yang pernah dialaminya adalah pernah ditipu hingga miliaran rupiah. Ia punya pendapat, bahwa seorang pengusaha punya omzet di atas Rp 50 miliar itu pasti pernah tertipu. Ia sendiri mengaku pernah tertipu puluhan miliar. Bahlil berpesan setiap kegagalan yang sudah dialami menjadi pelajaran, dan tak usah lagi dipikirkan dan diingat.

(hen/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads