Pria kelahiran Fak-Fak, 7 Agustus 1976 itu dilahirkan oleh keluarga dengan ekonomi yang cukup terbatas. Namun Bahlil tidak menyerah. Sejak masuk ke sekolah tingkat dasar (SD), Bahlil sudah melakukan aktivitas usaha, mulai jualan kue keliling, sopir angkot, hingga jadi karyawan.
Kemudian setelah keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan, Bahlil berani mengambil risiko menjadi pengusaha. Apa motivasinya beralih dari karyawan menjadi pengusaha?
"Kebetulan ayah saya tukang buruh bangunan. Beliau pekerja keras, tidak sekolah, sakit pun bekerja. Saya berpikir ayah saya tidak sekolah kok kerja terus, masa yang bisa sampai kuliah tidak kerja," kata Bahlil dalam seminar d'Preneur Spesial di Dyandra Convention Center, Surabaya, Minggu (14/6/2015).
Motivasi lain Bahlil adalah dia tahan atas cemoohan orang-orang sekitarnya menjadi motivasi. Selain itu, kemiskinan yang sudah dialaminya sejak kecil menambah kepercayaan hidupnya harus berubah.
"Kemudian saya anak kedua di keluarga. Pikiran saya bagaimana adik-adik saya bisa survive," ujar Bahlil.
Sekarang, Bahlil memiliki sejumlah perusahaan di berbagai bidang usaha, mulai dari pertambangan, perkebunan, properti dan juga infrastruktur.
"Karyawan saya sekarang sekitar 1.000 lebih," sebutnya.
Di depan seribuan peserta yang hadir, Bahlil memberikan tips untuk menjadi pengusaha sukses. Ia berpesan agar menghilangkan rasa malu, tidak cepat puas dan mau meningkatkan jaringan melalui berbagai komunitas pengusaha. Sementara soal modal, Bahlil mengatakan, jadi pengusaha bisa mendapatkan modal lewat jaringan yang dimiliki.
"Tidak ada pengusaha yang berbisnis single fighter, pasti ber-partner. Saya dulu berbisnis 2008 saya tidak menggunakan dana bank, tapi dana teman-teman saya," katanya.
Tips lainnya, Bahlil mengatakan, pengusaha dan politisi itu berbeda. Pengusaha tidak boleh melanggar komitmen. "Lidah pengusaha itu harta yang tidak bernilai. Komitmen pengusaha selalu dipegang," jelasnya.
(rrd/wij)